Thursday, June 21, 2012

Hikmah 42

Kami semua benar-benar hening khusyu mendengarkan kata perkata yang keluar dari lisan guru yang amat sangat kami banggakan itu, khawatir ada satu atau dua kata yang terlewati oleh pendengaran.
Pagi itu tidak seperti biasanya,sama sekali tidak ada rasa kantuk apalagi bermalas-malasan. Seluruh Santri 3 Aliyah seakan berada di alam bawah sadar dengan telinga terpasang lebar-lebar. Tiupan angin sepoi-sepoi menemani keheningan pagi.

“ Setelah kalian lulus nanti jaga Iman kalian, “ ucap beliau dengan tatapan kosong sambil memainkan pelan pena di tangan kanannya.
 
“ Tantangan diluar nanti tidaklah mudah, jangan mudah terpengaruh dengan apapun. Apalagi banyaknya aliran-aliran yang sudah tidak lagi sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasulnya “ Beliau menghentikan pembicaraannya,kami semua tertunduk lesu, semakin hari bukanlah semakin kuat keinginan kami untuk lulus tetapi kekhawatiran dan langkah yang tidak ringan untuk meninggalkan Almamater ini.

“ Saya akan menceritakan sebuah kisah kepada kalian semua ... “ kamipun sibuk memperbaiki letak posisi duduk kami mendekat agar lebih jelas dapat mendengar suara beliau.
“ Asiikkk cerita uy “ bisik kholifah pelan sambil tersenyum
“ sttth ..  jangan berisik “ keluh maimunah tak mau diganggu.

“ Ada seorang santri cerdas dan rajin beribadah, sebut saja namanya Fatir. Prestasinya sudah tidak diragukan lagi, Karena prestasinya itu Fatir pun mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di Amerika “ ..

“ Lah kok Amerika guru, kenapa gak ke Mesir ?? “ celetuk Nadhira tanpa ragu. Kami spontan tertawa mendengar pertanyaan konyol itu.

“ Intelektualitas bahasa Inggrisnya jago makanya dapet beasiswa ke Amerika “ jawab guru kami sambil tersenyum

“ Terusin Guru .. “ Pinta kami penasaran

“ Bertahun-tahun ia belajar di Amerika sampai menyelesaikan study S2-nya disana. Setelah itu ia pun kembali ke tanah air dengan prestasi yang dikagumi banyak orang. Dan setibanya Fatir di tanah air Indonesia, ia pun mendatangi Almamaternya tempat ia menimba ilmu dulu.
Semua menyalami Fatir sambil mengucapkan selamat. Dicarinya Kiyai kebanggaannya. Sang Kiyai menyambutnya dengan penuh kehangatan. Setelah berbincang cukup lama, Fatirpun mengajukan sebuah pertanyaan,

‘ Pak Kiyai selama saya belajar di Amerika ada beberapa pertanyaan yang hingga sampai saat ini belum dapat saya temukan jawabannya, oleh karena itu saya ingin menanyakan kepada Pak Kiyai ‘
‘ Apa itu pertanyaannya Fatir ??? ‘

Fatirpun tanpa ragu menyampaikan pertanyaannya
‘ Ada 3  pertanyaan pak kiyai,
yang pertama : Setan itu terbuat dari api, Neraka pun tercipta dengan api. Lalu jika setan masuk kedalam api neraka berarti setan tidak merasakan sakitnya siksaan nereka itu sendiri, Dan sungguh Allah tidak adil akan hal ini pak Kiyai ‘
Sang kiyai hanya membalasnya dengan senyuman.
‘ Lalu apa pertanyaanmu selanjutnya ?? ‘

‘ pertanyaan saya yang kedua : Diantara sifat-sifat Allah adalah wujud yang berarti ada, namun dimana keberadaannya pak kiyai ??? tidak terlihat, apakah Allah itu benar-benar ada ??? ‘

‘ Dan apa pertanyaan terkahirmu ?? ‘ tanya pak kiyai dengan tenang

‘ Dan yang terkhir saya masih belum percaya dengan ketentuan takdir pak kiyai, Apakah kita harus meyakini keberadaan takdir baik dan buruk yang sama sekali keberadaannya masih samar ?? ‘
 Fatirpun mengakhiri pertanyaannya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu “

“ Fatir fikirannya mulai melenceng Guru ..“ Vonis Neneng tanpa ragu.
Guru kami hanya menggeleng tersenyum melihat ekspresi raut wajah kami yang dihiasi dengan alis mengkerut.

“ Guru, apa jawaban pak Kiyainya ??? “ tanyaku menimpali
“ iya Guru ..... !!!! “ serentak semuanya mengiyakan pertanyaanku.

Guru kamipun meneruskan ceritanya sambil berdiri bangun dari duduknya.
“ Sang kiyai tidak menjawab sepatah katapun dari pertanyaan-pertanyaan Fatir. Namun Sang Kiyai hanya menjawabnya dengan tamparan kencang yang mendarat di pipi kiri Fatir . Fatirpun kaget dan protes atas perbuatan Kiyainya tersebut.

‘ kenapa pak kiyai menapar saya ??? ‘ tanya Fatir sambil memegang pipinya kesakitan.
‘ itulah jawaban dari semua pertanyaan kamu ‘ jawab pak kiyai singkat.
‘ apa maksud pak kiyai ‘ Fatir penasaran tidak terima

‘ Tangan saya terbuat dari tanah, pipi kaupun terbuat dari tanah pula, dan kau merasakan sakit bukan ??
maka sama halnya dengan setan yang disiksa di api neraka. Setanpun akan merasakan sakit meski sama-sama dari api.
Dan Allah sungguh adil’
Fatir tertunduk mengerti

‘ Lalu apa kau merasakan sakit ?? ‘ tanya sang Kiyai
‘ Sakit sangat pak kiyai ‘ jawabnya sambil megeluh
‘ Berikan rasa sakit sakit itu kepadaku ‘
namun Fatir menggeleng
 ‘ Ini hanya bisa dirasakan pak kiyai, tidak dapat diberikan berupa bentuk ‘ jawab Fatir yakin.

‘ Kamu benar sekali, begitu pula dengan keberadaan Allah.
Allah hanya dapat dirasakan kekuasaannya dan keagungan Rahmatnya, sementara itu tidak dapat dilihat bentuk parasnya’

Fatir tertunduk malu, dengan tatapan anak mata yang mulai beranak sungai.

‘ Dan aku bertanya padamu, apakah kau sebelumnya memiliki firasat bahwa aku akan menampar keras pipimu ?? ‘

Fatir menggeleng lesu.

‘ Karena itulah takdir, tidak ada satu orangpun yang dapat menduga sebelumnya pada ketentuannya ‘
Dan air mata Fatirpun mulai membuncah memeluk cium erat tangan pak Kiyai. “

“ Saya rasa kalian dapat mengambil pelajaran dari kisah Fatir tersebut “ ucap Guru kami mengakhiri.

“ TENG .. TENG .. “ bunyi bel berbunyi tepat setelah Guru mengakhiri pembicaraannya pertanda jam pelajaran telah berakhir dan dilanjutkan dengan pelajaran selanjutnya.

“ Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh “ Guru menyampaikan salamnya sambil berjalan keluar meninggalkan kelas.
Sementara kami masih dalam tatapan mata kosong dalam benak fikiran masing-masing .




0 komentar:

Post a Comment