Wednesday, March 26, 2014

Perbandingan Syi’ah Imamiyah dan Ahlusunnah



Perbandingan Syi’ah Imamiyah dan Ahlusunnah[1]
I.       Prolog


Segala puji bagi Allah, Rabbul 'izzah yang memiliki kasih sayang tanpa batas kepada makhluk-Nya, yang telah memuliakan kita dengan syari'at Islam. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda nabi besar kita sayyiduna Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam. Beliaulah satu – satunya pembawa Risalah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang dijadikan sebagai rahmatan lil 'alamiin.

Banyak orang yang menyangka bahwa perbedaan antara Syi’ah Imamiyah dan Ahlusunnah dianggap sekedar dalam masalah khilafiyah Furu’iyah, seperti perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah, antara Madzhab Syafi’i dengan Madzhab Maliki dll.

Padahal problem mendasar yang melatarbelakangi perbedaan antara Syi’ah Imamiyah dan Ahlusunnah adalah problem Ushuliyah.

Jika dalam fikih, muaranya adalah hukum khata’-shawab (salah/betul). Namun, dalam persoalan beda akidah jelas muaranya akan berujung pada status haq atau bathil. Kesalahan ijtihad dalam fikih bisa berpahala satu, namun kesalahan dalam akidah bisa menjerumuskan orang pada kesesatan bahkan kekufuran.

Melihat persoalan tersebut, berikut ini akan penulis sampaikan sebagian  perbedaan antara Syi’ah Imamiyah dan Ahlusunnah baik dari segi sumber hukum maupun akidah. Mudah-mudahan apa yang penulis paparkan dimakalah ini dapat sedikit menambah wawasan kita tentang berbahayanya kaum Syi’ah Imamiyah. 


II.    Ulasan Tema
A.    Sumber Hukum Syi’ah Imamiyah

Dalam pengambilan hukum, Syi’ah Imamiyah bersandar dan merujuk ke empat sumber, yaitu :al-Qur’an, Sunah, Ijmak dan Akal.[3]Mereka menetapkan Ushul dan Furu’ dengan asas ilmu dan amal yang mutawatir dari para imam yang maksum.

1.      Al-Qur’an


Al-Qur’an adalah kitab suci yang menjadi petunjuk bagi umat muslim. Secara jelas Allah menjadikan al-Qur’an sebagai pembeda antara haq dan bathil, sebagaimana firman Allah Swt :


تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

“ Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”.[4]

Namun menurut Syi’ah Imamiyah, al-Qur’an bukan sebagai pedoman kecuali ada seorang imam yang menjelaskannya, karena mereka meyakini bahwa al-Qur’an  adalah al-Qur’an yang diam, sedangkan imam adalah al-Qur’an yang berbicara. Selama al-Qur’an diam, maka wajib merujuk kepada al-Qur’an yang berbicara, agar kalâmullah dapat dipahami. Maka dari pada itu pengetahuan yang ada dalam al-Qur’an terbatasi oleh pengetahuan seorang imam.[5]

Bahkan lebih parahnya puluhan ulama dari kalangan mereka meyakini bahwa al-Qur’an yang sekarang sudah mengalami perubahan. Di antaranya al-Mufid, al-Majlisi, al-Qummi, al-Kulaini, al-Kazhimi, Hasan al-Shaffar, Muhammad al-Nu’mani, Ali al-Kufi, Ni’matullah al-Jaza’iri, Muhsin al-Kasyani, Fadhl bin Syadzan, Ath-Thibrisi dan masih banyak lagi yang lainnya.

Syekh Mamduh Farhan al-Buhari mencoba menggali sumber keyakinan ini dalam kitab-kitab kaum Syi’ah. Akhirnya beliau mendapat hal itu dalam beberapa karya ulama muktabar Syi’ah, berikut ini beberapa contohnya :

وقع التحريف  والنقص في القرآن وإن القرآن المحفوظ ليس إلا عند القائم وإن الشيعة لمجبورون على أن يقرؤوا هذا القرآن تقية بأمر آل محمد عليهم السلام’

“Terjadi perubahan dan pengurangan dalam al-Qur’an. Al-Qur’an yang asli itu hanya berada ditangan Imam Mahdi (al-Qa’im). Pemeluk Syi’ah sangat terpaksamembaca al-Qur’an ini sebagai Taqiyyah dan perintah dari keluargaMuhammad alaihissalam”.[6]



Dari perkataan diatas bisa kita simpulkan bahwa mereka pemeluk Syi’ah tidak meyakini dengan kitab al-Qur’an sekarang, hanya sedikit yang meyakini keaslian al-Qur’an itupun mereka lakukan dalam rangka Taqiyyah.[7]

Karena sampai saat ini kaum Syi’ah meyakini dan masih saja menunggu Imam Mahdinya keluar dengan membawa al-Qur’an asli yang dinanti-nanti.

Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan firman Allah Swt :



إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.[8]

Kemudian Allah Swt tegaskan kembali dalam firman-Nya :



لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ ۖتَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ

“Yang tidak datang kepadanya ( Al-Qur’an ) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji”.[9]

Jelas Allah berjanji menjaga Al-Qur’an dari campur tangan makhluk biadab yang tidak bertanggung jawab. Dan Al-Qur’an tidak akan tercampur dan tidak akan didatangi kebathilan baik dari depan maupun dari belakang, karena ia diturunkan dari yang Maha Bijaksana lagi Maha Mulia.

2.      Sunnah

Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an bagi seluruh umat muslim. Tidak ada perbedaan antara Ahlusunnah dengan Syi’ah dalam menerima sunnah sebagai sumber hukum. Semua yang datangnya dari Rasululah Saw mereka jadikan sumber hukum.

Suatu yang berbeda dari  Syi’ah adalah pandangan mereka mengenai riwayat hadis. Sebagian besar dari mereka tidak menerima segala yang dinisbatkan kepada Rasulullah kecuali dengan riwayat yang melalui ahlubait. Mereka hanya menerima hadis yang diriwayatkan oleh ahlulbait Karena menurut mereka ahlubaitlah yang lebih mengetahui tentang sunnah.[10]

Kitab-kitab hadis Syi’ah yang mereka jadikan sandaran dan rujukan hanya empat, yaitu : 1.Ushul al-Kaafi karya Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini, 2.Man laa Yahdhuru al-Faqih karya Muhammad bin Babawih Al-Qami, 3.At-Tahdziim al-Ahkam dan4.Al-Istibshar keduanya disusun oleh Abu Jakfar Muhammad bin Hasan Ath-Thusi.[11]

Dalam kitan-kitab tersebut tersusun hadis-hadis yang riwayatnya dari para imam dan ahlulbait, namun setelah ditelaah oleh para ulama, diantaranya adalah Syekh Abu al-Fadhil bin Ridho al-Burqo’i pengarang kitab Kasru as-Shonam ternyata banyak sekali terdapat kejanggalan dalam sanad dan juga banyak terdapat hadis maudu’.

Sebagai contoh pada kitab Al-Kafi jumlah hadisnya sekitar 16121. Setelah ditelaah dari 16121 hadis hanya 4428 hadis yang shahih sedangkan sisanya 11693 hadis tidak shahih dan tidak sesuai kaidah hadis baik itu secara riwayah[12] maupun dirayah[13].

3.      Ijmak

Ijmak dalam makna etimologi berarti keinginan kuat dan kemauan keras akan sesuatu.

Sebagaimana makna ini tercakup dalam firman Allah Swt :

فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ

“Maka karena itu bulatkanlah keputusan kalian”.[14]

Sedangkan menurut istilah Ushulfiqh ijmak adalah kesepakatan para mujtahid umat Muhammad Saw setelah beliau wafat dalam masa-masa tertentu dan terhadap perkara-perkara tertentu pula.[15]

Menurut Imam Syafi’i ijmak para sahabat merupakan hujjah syar’i, dan Rasulullah Saw mengharuskan jamaah untuk berkumpul jika ada masalah yang membutuhkan keputusan hukum.[16]

Tolak ukur ijmak menurut Ahlusunnah adalah ijmak umat, karena umat ini secara keseluruhan mustahil sesat.

Rasulullah Saw bersabda :

لا تجتمع أمتي على ضلالة
“Umatku tidak akan bersatu diatas kesesatan”.[17]

Ini menurut jumhur kaum muslimin. Adapun menurut Syi’ah Imamiyah ijmak itu diukur dengan imam bukan dengan umat. Mereka tidak peduli sama sekali dengan kesepakatan para ulama mujtahid dari umat Rasulullah Saw. Karena meenurut mereka ijmaknya para imam adalah maksum. 

4.      Akal

Kalangan Syi’ah menolak qiyas, akan tetapi mereka memperluas metode pengambilan hukum dengan akal. Mereka menjadikan akal sebagai sumber hukum. Segala perintah dan larangan Allah dapat dipahami dengan akal. Sementara akal manusia itu terbatas dan akan sangat berbahaya apabila akal seseorang dikuasai oleh nafsunya.

Jadi jika ada pertentangan dalam menetapkan hukum pada suatu perkara yang tidak ada dalilnya di al-Qur’an maupun Sunnah, maka mereka mengutamakan untuk menggunakan akal yang qath’i daripada menggunakan nash yang zhanni’.

Dan syarat dibolehkannya untuk menggunkan akal sebagai sumber hukum adalah tidak adanya dalil syar’i.


B.     Akidah Syi’ah Imamiyah


Dari segi akidah banyak sekali penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh kelompok  Syi’ah Imamiyah, hal inilah yang menjadi pemicu pertentangan dengan ajaran kita.

Sebagai contoh yang paling dasar adalah mereka menambahkan rukun lain dalam rukun Islam yaitu al-Imamah.[18]

Berikut ini akan saya sampaikan beberepa perbedaan dasar pandangan Syi’ah Imamamiyah mengenai Imamah.


1.      Al-Imamah Menurut Syi’ah


Adapun pengertian Imamah menurut ulama Syi’ah yaitu suatu  kepemimpinan spiritual atau rohani, pendidikan, agama dan politik bagi umat Islam yang telah ditentukan oleh Allah secara turun-menurun.[19]

Menurut mereka definisi Imamah lebih luas dari definisi Khilafah, karena Khilafah hanya mencakup  estapet pergantian kepemimpinan nabi yang dipilih oleh ummat, sedangkan Imamah adalah Allah Swt yang menentukannya.

Masalah Imamah merupakan dasar utama yang hanya dimiliki oleh Syi’ah Imamiyah dan menjadikan Syi’ah Imamiyah berbeda dari aliran-aliran dalam Islam lainnya. Lebih lanjut lagi, mereka menyatakan bahwa Imamah semata-mata ialah anugerah Tuhan yang telah dipilih Allah dari zaman azali terhadap hambaNya, seperti Allah memeilih Nabi dan Allah memerintahkan kepada Nabi untuk menyampaikan kepada umat agar mereka mengikutinya.


2.      Syi’ah Imamiyah itsna Asyariyah


Syi’ah Imamiyah 12 adalah sebuah kelompok atau sekte yang beranggapan bahwa Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu lebih berhak menjadi khalifah, dan mereka tidak mengakui keabsahan kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhum. Dinamakan itsna Asyariyah karena mereka beranggapan hanya 12 imam yang berhak memimpin kaum muslimin.[20]


Adapun 12 imam secara turun menurun tersebut yaitu :


1.      Ali bin Abi Thalib RA. (40 H)

2.      Hasan bin Ali RA. (3-50 H)

3.      Husein bin Ali RA. (4-61 H)

4.      Ali Zaenal Abidin bin Husein. (38-95 H)

5.      Muhammad Al-Baqir bin Zainal. (57-114 H)

6.      Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir. (83-148 H)

7.      Musa Al-Kadzim bin Ja’far Ash-Shadiq. (128-183 H)

8.      Ali Ridha bin Musa Al-Kadzim. (148-203)

9.      Muhammad Al-Jawad bin Ali Ridha. (195-220 H)

10.  Ali Al-Hadi bin Muhammad Al-Jawad. (212-254 H)

11.  Hasan Al-Askari bin Ali Al-Hadi. (232-260)

12.  Muhammad Al-Mahdi bin Hasan Al-Askari. (256 H-…)


Syi’ah beranggapan bahwa Imam yang terakhir sedang menghilang masuk kedalam goa yang berada di kota Samarra, Iraq dan akan muncul suatu saat nanti. Imam Mahdi Syi’ah hanyalah khayalan karena imam yang ke 11 tidak memiliki keturunan laki-laki.[21]


3.      Dalil-dalil Syi’ah Imamiyah mengenai Imamah


Mereka Syi’ah Imamiyah menafsirkan ayat al-Qur’an dan al-Hadis dengan hawa nafsu mereka, sehingga keluar dari makna asli yang terkandung dalam al-Qur’an maupun al-Hadis. Maka pada paragraf selanjutnya akan penulis paparkan dalil penetapan Imamah menurut al-Qur’an. 


v  Argumentasi mereka dalam penetapan Imam menurut Al-Qur’an

Syi’ah Imamiyah beranggapan bahwa Allah Swt wajib menentukan Imam, mereka mengutip dari firman Allah Swt :

وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ ۗإِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرٌ ۖوَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ


“Orang-orang kafir berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?” Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.”[22]

Mereka Syi’ah menafsirkan ayat ini dengan meyakini bahwa setiap zaman pasti akan memiliki Imam yang Allah tentukan bagi mereka. Mereka menafsirkan kata ( هَاد ) sebagai Imam, Imam yang memberi petunjuk.[23]

Tafsiran inilah yang keluar dari konteks ayat ini, mereka senantiasa menggunakan hawa nafsu mereka dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an demi kepentingan dunia mereka. Na’udzu billahi min dzalik!

Menurut tafsiran kita Ahlusunnah kata (هَادٍ) dalam ayat ini ditafsirkansebagai Nabi. Sebagai mana Imam Alusi menafsirkan ayat ini : yaitu Setiap zaman akan memiliki Nabi yang menyeru kepada kebenaran yang membawa bukti-bukti tanda kebenarannya kepada kaumnya.

Selain ayat diatas, ada beberapa ayat-ayat al-Qur’an yang sering dijadikan argumentasi Syi’ah untuk mendukung kebenaran Imamah, antara lain :


Ø  Ayat al-Wilayah


Allah Swt berfirman :


إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ 

“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).”[24]

Mereka menafsirkan kalimat ( وَالَّذِينَ آمَنُوا ) yaitu Ali RA dan keturunannya adalah pemimpin sampai hari kiamat.[25]


Ø  Ayat at-Tabligh

Allah Swt berfirman :

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ


“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.”[26]

Syi’ah mengklaim dengan turunnya ayat ini, yaitu suatu penjelasan atas penunjukan Imamah Ali RA oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam.[27]


Ø  Ayat Tathhir

Allah Swt berfirman :

إِنَّمَا يُرِيدُ الَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”[28]

Mereka mengklaim yang dimaksud dengan (أَهْلَ الْبَيْتِ) ialah Ali, Hasan, Husein dan Fatimah Radhiyallahu ‘Anhum.[29]

Berdasarkan beberapa penafsiran mereka, dapat disimpulkan bahwa mereka senantiasa menggunakan akal dan hawa nafsu mereka dalam menafsirkan suatu ayat yang menjadikan tafsiran mereka itu sesat bahkan menyesatkan.


III. Epilog


Demikian telah penulis sampaikan perbedaan-perbedaan antara Ahlusunnah dan Syi’ah Imamiyah yang terkait masalah Ushuliyah. Yang menjadi cambuk buat kita adalah masihkah mereka akan dipertahankan sebagai Muslimin dan Mukminin? (walaupun dengan muslimin mereka berbeda segalanya).

Sebenarnya yang terpenting dari keterangan-keterangan diatas adalah agar kita memahami betul, bahwa perbedaan yang ada antara Ahlusunnah dengan Syi’ah Imamiyah adalah perbedaan pokok dasar agama islam. Perbedaan inilah yang dapat menjerumuskan manusia kepada kesesatan bahkan kekufuran.

Semoga Allah Swt senantiasa melindungi kita dari penyesatan-penyesatan orang-orang Syi’ah dan akidahnya. Amin.

Pada akhirnya, semoga apa yang penulis sampaikan bisa berguna dan bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari.




Kajian Pemikiran

Departemen Intelektual IKPMA

Sabtu, 15Maret 2014









Daftar Pustaka



Al-Qur’an al-Karim.
KBBI Offline, Versi 10 Android.

Abdurrahman, Ahmad, As-Syi’ah wa As-Sunnah, (Kairo: Maktabah Wahbah, cet.I, 2010)

Syuk’ah, Mushthafa, Islam Bila Mazhab, (Kairo: Dar al-Mashriyah al-Lubnaniyyah, cet.XX, 1997)

Al-Ghomidi, Ahmad bin Sa’ad Hamdan, Hiwarot Aqliyah maa’ Thoifah itsna Asyariyah, (Makkah: Dar ibnu Rajab, cet.II, 2012)

Al-Barqa’i, Abu al-Fadhl bin Ridha, Kasru Ash-Shonam Naqdu kitab Ushul al-Kafi, (Jordan: Dar al-Bayariq, cet.II, 2001)

Zaidan, Abdul Karim, Al-Wajiz fi Ushul al-fiqh,(Beirut: Muassasah Ar-Risalah. Cet.XV, 2006)

Al-Ghowil, Sayyid Farrij Abdul Halim, Buhuts fie al-Aqidah al-Islamiyah, (Kairo: Kuliyyah Ushuluddin, cet.I, 2013)



Website :


http://www.lppimakassar.com

http://sultonimubin.blogspot.com/

http://syameela.wordpress.com/





[1]Makalah ini dipresentasikan pada kajian pemikiran yang dilaksanakan di sekretariat IKPMA. Sabtu, 15Maret 2013.
[2]Mahasiswa tingkat IV fakultas Ushuludin Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo.
[3]DR. Ahmad Abdurrahman, As-Syi’ah wa As-Sunnah, Maktabah Wahbah, Kairo, cet.II, 2010, hal.256
[4]QS. Al-Furqon : 1
[5]Nashir bin Abdullah bin Ali Al-Qofari, Ushulu mazhab As-Syi’ah al-Imamiyah al-Itsna “Asyariyah, Dar-Ar-Ridho, Hal. 125
[6]Al-Karmani, Ar-radd ‘ala Hasyim Asy-Syami, hal 13, cet Iran disitus web :
www.lppimakassar.com
[7]Taqiyyah adalah merahasiakan keyakinan dari para lawan yang bisa merugikan agama dan jiwanya.
[8]QS. Al-Hijr : 9
[9]QS. Fushilat : 42
[10]DR. Mustofa Syuka’ah, Islam bila Mazhab, Dar al-Mashriyah al-Lubnaniyah, Kairo, cet.XX, 2010, hal.193
[11]DR. Ahmad bin Sa’ad Hamdan al-Ghomidi, Hiwarot Aqliyah maa’ Thoifah Itsna Asyariyah, Makkah, cet.II, 2012, hal.415
[12]Ilmu hadis riwayah adalah ilmu hadis yang mempelajari cara-cara penukilan, pemeliharaan dan penulisan hadis
[13]Ilmu hadis dirayah adalah bagian dari ilmu hadis yang mempelajari kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ikhwal sanad, matan, cara-cara menerima dan menyampaikan hadits, sifat-sifat rawi dan lain-lain
[14]QS. Yunus : 71
[15]Abdul Karim Zaidan, Al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh, Muassasah Ar-Risalah, Beirut, cet. XV, 2006 hal.179
[16]DR. Ahmad Abdurrahman, As-Syi’ah wa As-Sunnah, Maktabah Wahbah, Kairo, cet.II, 2010, hal.284
[17]HR. Tirmidzi 4/no.2167
[18]DR. Mustofa Syuka’ah, Islam bila Mazhab, Dar al-Mashriyah al-Lubnaniyah, Kairo, cet.XX, 2010, hal.191
[19]Mukoror  tingkat IV Ushuluddin, Al-Aqidah al-Islamiyah,kairo, cet.I, 2013, hal.142
[20]DR. Mustofa Syuka’ah, Islam bila Mazhab, Dar al-Mashriyah al-Lubnaniyah, Kairo, cet.XX, 2010, hal.190
[21]DR. Mustofa Syuka’ah, Islam bila Mazhab, Dar al-Mashriyah al-Lubnaniyah, Kairo, cet.XX, 2010, hal.193
[22] QS. Ar-Ra’d : 7
[23]Mukoror  tingkat IV Ushuluddin, Al-Aqidah al-Islamiyah,kairo, cet.I, 2013, hal.181
[24]QS. Al-Maaidah : 55
[25]Mukoror  tingkat IV Ushuluddin, Al-Aqidah al-Islamiyah,kairo, cet.I, 2013, hal.184
[26]QS. Al-Maaidah : 67
[27]Mukoror  tingkat IV Ushuluddin, Al-Aqidah al-Islamiyah,kairo, cet.I, 2013, hal.188
[28]QS. Al-Ahzab : 33
[29]Mukoror  tingkat IV Ushuluddin, Al-Aqidah al-Islamiyah,kairo, cet.I, 2013, hal.194

Lihat juga pembahasan yang sama tentang Syiah di sini

3 comments:

  1. assalamu'alaikum.. Mabruk atas perjalanan blog-nya Ikpma :) sekilas pertanyaan melintas.. Adakah perbedaan antara ahli sunnah dengan ahli sunnah wal jama'ah? Syi'ah terbagi2 menurut golongannya. Adakah syi'ah yg hampir sama dengan ahlu sunnah dalam semua segi kecuali masalah imam? Jika memang ada, apakah syi'ah yang berkembang di Indonesia adalah syi'ah yang saya maksud? Maaf ya gak pernah datang kekajian, hanya bertanya lewat sini.. Syukron

    ReplyDelete
  2. waalaikumsalam wr wb,
    makasih mpo ulfia atas pertanyaannya,, gpp mpo, setiap orang kan memiliki kesibukan masing2, itulah gunanya medsos ini, bisa memudahkan buat temen2 yg gak bisa hadir. :))

    mengenai pertanyaan diatas :
    pertama , tidak ada perbedaan antara ahlusunnah, sunni atau ahlusunnah wal jamaah itu hanya sekedar singkatan dan ketiganya memiliki intisari makna yang sama yaitu
    mereka yang senantiasa tegak di atas Islam berdasarkan Al Qur'an dan hadits yang shahih dengan pemahaman para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in

    kedua, pada dasarnya perbedaan yang paling mencolok antara ahlusunnah dan syiah dari golongan manapun itu terkait masalah akidah, ya salah satunya akidah tentang imamah. jadi tidak ada satu golongan syiah pun yang menyerupai dengan akidahnya ahlusunnah. adapun masalah yang berkaitan dengan furu'iyah mereka golongan syiah tidak merujuk kedapa imam madzhab yang empat, akan tetapi merujuk kepada imamnya masing2 dengan kitab2nya.

    ketiga, pada mulanya golongan syiah zaidiyah lah yang berkembang di Indonesia karena golongan ini dibawa oleh para ulama hadromaut beserta orang2 yaman yang memasuki wilayah indonesia melaui perdagangan. dan kita tau bahwa golongan zaidiyah adalah golongan yang tidak mencaci para sahabat dan juga tidak mengkafirkan para sahabat. sehingga golongan ini banyak diterima dikalangan masarakat Indonesia. akan tetapi seiring perkembangan zaman syiah di Indonesia semakin berkembang dan memiliki banyak golongan. faktor politik lah yang membuat tersebarnya syiah sekarang ini. dan menurut saya golongan syiah yang ada di Indonesia sekarang adalah sama dengan golongan syiah yang ada di Iran dan di Iraq yang tujuannya adalah untuk kekuasaan. maka tidak heran para kader2 Syi'ah di Indonesia sudah masuk kepada partai-partai.
    mudah2han akidah kita semua senantiasa dijaga dari akidah2 yang melenceng dari al qur'an dan sunnah. amiin
    wallahu a'lam bisshawab.

    afwan klo kurang berkenan mpo, silahkan bila ada yang ingin ditanyakan lagi atau mungkin juga bisa dikoreksi dari jawaban sya ataupun tulisan saya.. :))

    ReplyDelete
  3. Nih ada bahasan yang sama, mungkin bisa jadi pelengkap. . . http://www.zhieya.com/2012/03/syiah-dari-dahulu-hingga-kini-dan.html

    ReplyDelete