Dalam
hadits qudsi Allah SWT. berfirman “seluruh amal perbuatan anak adam adalah
untuknya kecualai puasa, puasa itu untukku dan aku yang akan memberi balasannya”.
Dari
hadits diatas dapat disimpulkan bahwa puasa adalah ibadah yang paling spesial
diantara ibadah yang lain karena Allah Swt. Mengutamakannya dari semua ibadah
yang dilakukan ummat Islam dan Allah Swt. sendiri yang akan memberi
balasannya serta tidak ada seorang pun
yang mengetahui balasan dari ibadah puasa ini.
Setiap
yang sepesial sudah pasti mempunyai keutamaan dan rahasia yang terkandung di dalamnya,
begitu pula dengan puasa Ramadhan, pasti mempunyai hikmah besar yang terkandung
di dalamnya.
Jika
ditanya tentang hikmah puasa Ramadhan, pasti setiap orang akan mempunyai
jawaban tersendiri dan berbeda dengan yang
lain sesuai dengan pemahaman dan kondisi spiritual masing-masing. Ada
yang menjawab bahwa puasa Ramadhan adalah ajang mendapat pahala yang berlipat
ganda, ada yang mengatakan bahwa puasa Ramadhan adalah sarana mendekatkan diri
kepada Allah Swt., ada juga yang berpendapat bahwa puasa Ramadhan adalah waktu
yang sangat tepat untuk bertaubat dan memohon ampunan tuhan, dan masih banyak
lagi jawaban yang lain.
Semua
hikmah puasa Ramadhan di atas adalah jawaban yang benar sekali dan tidak salah,
tapi kalau kita kembali meneliti rahasia terbesar disyariatkan puasa Ramadhan
adalah agar manusia menjadi hamba yang bertakwa sebagaimana Allah Swt. berfirman
; “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (Q.S.
albaqarah 183).
Dari
ayat di atas sangatlah jelas bahwa tujuan utama puasa Ramadhan adalah ketaqwaan
kepada Allah Swt.. Kalimat “takwa” sangat mudah dilafalkan oleh siapapun namun
tidak mudah diaplikasikan kecuali bagi orang-orang yang telah mendapatkan
petunjuk-Nya.
Makna
takwa yang paling sederhana adalah takut kepada Allah Swt. apabila meninggalkan
perintah-Nya dan melakukan apa yang telah dilarang-Nya. Jadi dari makna ini dapat
dikatakan bahwa seseorang belum bisa dikatakan bertakwa apabila puasanya hanya
sekedar menahan lapar dan dahaga saja tapi hatinya tidak puasa dari iri,
dengki, sombong dan berperasangka buruk kepada orang lain, anggota badannya
tidak puasa dari melakukan maksiat dan dosa, lisannya tidak puasa dari ghibah,
namimah dan perkataan kotor lainnya.
Menjadi
hamba yang bertakwa tidaklah mudah, oleh karena itu Allah Swt. memfasilitasi
hambaNya yang benar-benar ingin menjadi hambanya yang bertakwa dengan anugrah
“bulan Ramadhan”, karena jalan menuju ketakwaan adalah dengan melakukan mujahadah
al-nafs. Dan inti dari mujahada an-nafs terdiri dari empat komponen: 1.
Meminimalisir makan 2. Meminimalisir bicara 3. Meminimalisir tidur dan 4.
Meminimalisir bergaul.
Empat
komponen diatas akan terasa sulit bila dilakukan pada selain bulan Ramadhan,
tapi insya Allah semua itu akan terasa mudah bila dilakukan pada bulan
Ramadhan, karena pada bulan Ramadahan semua ummat Islam yang tidak mempunyai
uzur syar’i diwajibkan berpuasa, tidak makan dan minum mulai dari terbit fajar
hingga terbenam matahari, sehingga dengan puasa manusia tidak akan disibukkan
dengan makanan, minuman apalagi sibuk mencari nafkah dengan cara yang haram, dengan puasa manusia
akan lebih menyibukkan diri dengan ibadah kepada Allah Swt..
Dengan
bulan suci Ramadhan manusia akan lebih mudah untuk menghindari banyak berbicara
kotor dan yang tidak berguna apalagi menyakiti orang lain, karena kondisi orang
puasa adalah sedikit lemas sehingga orang yang bepuasa akan lebih memilih untuk
menyibukkan dirinya dengan berzikir kepada Allah Swt. dibandingkan untuk
berbuat yang haram.
Di
bulan suci Ramadhan Allah Swt. menjanjikan pahala yang berlipat ganda sehingga menjadi
motivasi untuk hambanya, dan dengan motivasi tersebut manusia akan lebih
memilih bergadang untuk Qiyamu al-lail dibandingkan berlama-lama tidur
dimalam hari.
Yang
terakhir, jika pada bulan lain manusia lebih banyak bergaul dan berkumpul dalam
perkupulan yang kurang baik, pada bulan Ramadhan dengan motto Ramadhan bulan al-Qur’an,
bulan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka maka manusia akan lebih
senang meramaikan masjid untuk bertadarrus al-Qur’an, shalat taraweh dan zikir
bersama dengan orang-orang shaleh.
Inilah
sebagian kecil kemudahan dalam melaksanakan mujahadah an-nafs di bulan suci Ramadhan
demi terciptanya hamba yang bertakwa yang merupakan tujuan inti diperintahkan
puasa Ramadhan sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surat al-Baqarah 183 yang
lalu.
Selain
hikmah di atas Allah Swt. juga menjanjikan hambanya dengan dibukanya pintu do’a
dan ampunan sebagaimana tercantum pada akhir rantaian ayat al-Qur’an tentang
puasa yang berbunyi : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan
orang yang mendo’akan apabila ia bedo’a maka hendaklah mereka memenuhi (segala
perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” (Q.S. al-baqarah :186).
Saudara,
tamu agung telah menyapa, bulan penuh rahmat dan ampunan telah datang. Mari
bersama-sama kita intropeksi diri, membersihkan, dan merubah diri kita dari yang buruk kepada yang baik. Mari
kita menuju Ilahi, menjadi insan yang bertakwa, karena bulan ini adalah bulan
yang sangat tepat dan mudah untuk mendapat rahmat-Nya sebagaimana Nabi Saw. bersabda
: “Apabila bulan suci Ramadhan tiba, maka pintu-pintu neraka ditutup dan
syaitan–syaitan dibelenggu”. Wallahu a’lam bi as-shawab.
0 komentar:
Post a Comment