Pon-Pes At-Taqwa puteri
di bangun oleh Bpk. KH. Noer Alie pada tahun 1964. dan baru di resmikan setahun
kemudian, yaitu pada tahun 1965 beberapa tahun setelah berdirinya pondok
pesantren putera.
Awal berdirinya pondok
ini di dorong oleh rasa prihatin al-Marhum al-Maghfurlah Bpk. KH. Noer Alie,
terhadap rendahnya sumber daya wanita saat itu yang merupakan implikasi dari
minimnya sarana pendidikan untuk wanita, padahal wanita memiliki potensi yang
tak kalah dari pria.
Di dorong niat tulus
memajukan kualitas sumber daya wanita, sekaligus mewujudkan cita-cita ingin
membuat sebuah perkampungan surga yang merupakan cita-cita beliau sejak kecil,
akhirnya di bangunlah sekolah khusus puteri.
Untuk kegiatan belajar
mengajar beliau sengaja mengalokasikannya di samping kediaman beliau, agar lebih
memudahkan pengawasannya.
Dulunya pondok ini diberi
nama Pon-Pes al-Baqiatus Sholihat, kemudian seiring perubahan nama yayasan p3
yang dipimpin oleh Bpk. KH. Noer Alie menjadi Yayasan at-Taqwa, pada tahun
1986. maka mengikuti induknya nama Pon-Pes al-Baqiatus Sholihat pun di ubah
menjadi Pon-Pes at-Taqwa puteri. saat ini nama al-Baqiatus Sholihat di abadikan
menjadi nama masjid utama di Pon-Pes at-Taqwa puteri.
SEKILAS
TELAAH HISTORIS ATTAQWA PUTERI.
Awal berdirinya Pon-Pes
at-Taqwa puteri hanya memiliki 7 orang santri dengan 3 orang pengajar; KH. Noer
Alie sendiri, KH. Ah. Tajuddin dan KH. Ya'qub Ghani, muridnya pun baru sebatas
keluarga dan penduduk sekitar. Minimnya minat penduduk untuk menyekolahkan anak
perempuan mereka, karena saat itu kebiasaan mengawini anak perempuan dalam usia
yang relatif masih sangat muda dan maraknya cap perawan tua bagi yang belum
menikah selepas SD (SR), masih menjadi budaya yang kental dan kuat mengakar
pada masyarakat Bekasi dan sekitarnya.
Hal itulah yang menyebabkan dinginnya
sambutan masyarakat pada awal mula berdirinya Pon-Pes at-Taqwa Puteri. bahkah
tidak jarang santri yang di tarik berhenti oleh keluarganya sebelum selesai
menamatkan jenjang pendidikan yang saat
itu hanya empat tahun, karena alasan klise tersebut.
Tentunya mengubah image
masyarakat terhadap pentingnya pendidikan untuk anak-anak perempuan mereka.
bahkan hal yang enteng dan tidak semudah membalik telapak tangan,. butuh
kesabaran kuat, mental baja dan perjuangan yg keras. sampai KH. Noer Alie
merasa perlu bersikap tegas dengan tidak menerima santri kecuali dengan
perjanjian tidak akan menariknya sebelum selesai jenjang pendidikan yang kemudian
di sempurnakan menjadi enam tahun.
Pelan tapi pasti, kerja
keras KH. Noer Alie dan murid-muridnya
dalam waktu yang relatif singkat mulai mendapat respon positif dari masyarakat,
dari tahun ke tahun jumlah santri makin meningkat, terlebih ketika masyarakat melihat
kiprah alumni-alumni at-Taqwa puteri yang mampu menunjukkan nilai lebih di
masyarakat.
Dukungan masyarakatpun
kian membuat disamping karena sosok KH. Noer Alie yang kharismatik, kerja keras
beliau mampu membuka mata dan persepsi mereka tentang pentingnya pendidikan
wanita. bahkan banyak penduduk yg akhirnya mewakafkan tanah dan rumahnya.
Pon-Pes
at-Taqwa Putri kini.
Sampai saat ini Pon-Pes
at-Taqwa puteri memiliki -/+800 orang santri yang datang dari JABOTABEK, hingga
dari luar pulau Jawa, semisal dari daerah Aceh, Riau, NTT, dan lain-lain.
Pon-Pes yang di pimpin
Ustz. Hj. Atiqoh Noer MA. puteri ke-empat KH. Noer Alie ini memiliki staf
pengajar yang 85% wanita dan sebagian besar di rekrut dari alumni at-Taqwa
lulusan dalam dan luar negri.
Metode pengajaran yg di
terapkan adalah perpaduan antara kurikulum pondok dan negeri, sesuai dengan
tuntutan zaman, dimana santri tidak hanya disiapkan menguasai ilmu agama, tapi
juga tidak buta terhadap ilmu umum.
Kegiatan santri selain
aktifitas belajar yang di bagi 3 waktu, sekolah pagi, sekolah sore dan mengaji
serta mudzakarah di malam hari, juga di isi dengan kegiatan ekstrakulikuler
untuk menunjang kemampuan siswi. seperti kursus komputer, qiroat, kaligrafi,
keterampilan menjahit, memasak, juga kegiatan muhadharah dan muhadarah bahasa.
maulid. tahfizd quran, sampai pelatihan musik. saat ini bahkan tim angklung
attaqwa puteri yg di kolaborasikan dengan alat musik organ dan rebana telah
tampil di berbagai acara.
Selain kegiatan di
atas, Pon-Pes at-Taqwa puteri yg di dalam hal ini di tangani PPA-wati (OSIS)
setiap tahunnya menggelar acara-acara seminar atau penyuluhan-penyuluhan baik
tertutup atau terbuka untuk umum, dengan menghadirkan nara sumber yg kompeten
di bidangnya, seperti Bpk. dr. Boyke Dian Nugraha dan Ibu Helvi Tiana Rosa.
dll.
disamping kegiatan
intern dan ekstern diatas, sebagaimana layaknya sebuah pondok pesantren, pondok
pesantren attaqwa puteri juga menekan pentingnya kesehatan dan kematangan
rohani, santri yg ibadah melalu penerapan dan bahkan pelatihan langsung misalnya.
siswi tingkat akhir (3 Aliyah) yang diberi tugas menjadi imam di setiap
kegiatan sholat berjamaah, dan untuk santri tingkat akhir yang akan keluar di
wajibkan mengikuti i'tikaf yg memang setiap tahunnya di adakan di masjid
al-baqiatussholihat khusus untuk kaum ibu. setiap tahun tidak kurang dari 200
peserta I'tikaf.
Selain kewajiban di
atas, siswi tingkat akhir Pon-Pes attaqwa puteri juga di wajibkan mengikuti
praktek dakwah di daerah-daerah yang telah di tentukan. praktek pengajar, IDK
dan membuat karya tulis.
Pon-Pes at-Taqwa puteri
dalam usianya yg mendekati setengah abad. saat ini masih terus berbenah.
pembangunan fisik masih terus berjalan seiring dengan pembangunan metodologi.
tantangan bukan menyusut malah kian meningkat, apalagi letak Pon-Pes attaqwa
puteri yang kian terjepit mengikuti perkembangan kota
Bekasi yang merupakan salah satu kota penyangga
ibu kota...
Namun perjuangan tidak ada kata surut, memiki cita-cita pendiri at-Taqwa untuk
membangun perkampungan surga, dan cita-cita itu bukan hanya cita-cita beliau,
tapi juga cita-cita penerus beliau.