Showing posts with label Kreasi. Show all posts
Showing posts with label Kreasi. Show all posts

Thursday, June 15, 2017

Seikat Tali Persaudaraan


    
  "Namaku Manila, panggil saja dengan nila, itu nama kecilku", katanya ketika kami berkenalan pada suatu hari dalam bis angkot yang membawa kami bersama ke satu tujuan, yaitu jln Semangka I, tempat di mana aku tinggal sekarang. “Hmm...nama yang unik, mengingatkanku pada sebuah ibu kota, tepatnya ibu kota Thailand. Nama yang sangat mudah diingat”, pikirku.  Setelah perkenalan itu, baru aku tahu kalau mbak Nila ini adalah keponakan om dan tante Budi, tetangga sebelahku. Rupanya ia baru datang dari Yogya seminggu yang lalu.

       "Om dan tante menginginkanku tinggal bersama mereka untuk sementara waktu ini. Yah..sekedar untuk mengusir rasa sepi dalam kehidupan mereka yang sampai sekarang ini belum dikaruniai seorang anak pun. Semoga dengan kehadiranku dapat menghibur hati mereka, sungguh kasihan mereka... " Itu jawabnya ketika kutanyakan apa tujuannya datang ke kotaku ini.

        Om dan tante Budi  memang belum mempunyai anak sampai usia pernikahan mereka yang ke lima belas ini. Sementara untuk mengadopsi mereka masih berkeberatan. Om dan tante Budi juga pernah bercerita kalau mempunyai keponakan perempuan yang juga anak tunggal dari kakak perempuannya om Budi yang hampir menyelesaikan kuliahnya di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. "Pasti mbak Nila ini yang dimaksud mereka”, pikirku.

          Setelah hampir satu bulan kami berkenalan, tak terasa kami begitu akrab satu sama lain. Di mana ada mbak Nila aku pun diajak serta, ke pengajian Majlis Ta'lim, ke perpustakaan, sampai untuk mengaji Alquran pun aku sering diajaknya. Semua apa yang ia berikan membuat ada sesuatu yang menyejukkan dalam hati. Alhamdulillah, aku sudah mulai rajin sholat, mengaji, nggak suka jalan-jalan ke mall lagi. Pokoknya aku sekarang sedikit aliman walaupun jilbab belum kukenakan karena aku belum siap untuk memakainya. Begitu juga kalau aku akan pergi, kuingin mbak Nila besertaku selain  menjadi teman jalan, mbak Nila juga dapat memberikan masukan-masukan bila aku ingin membeli sesuatu. "Pikirkan dik, apakah itu benar-benar bermanfaat untuk adik", itu yang selalu ia katakan bila aku meminta pendapatnya. Yah...kami begitu dekat satu sama lain seakan kami adalah saudara kandung, dan kebetulan juga aku anak tunggal. Walaupun mbak Nila jauh lebih tua lima tahun dariku, tapi itu tak menjadi pemisah dalam keakraban kami. Mbak Nila di mataku begitu bersahaja, berwibawa, penyantun, lembut, cantik dan anggun dengan jilbab yang selalu dikenakannya kemana pun ia pergi, kecuali kalau pas di rumah.

                                                      *   *   *    *    *
        Setelah sekian lama aku menjalin persaudaraan dengannya, membuat aku mengikuti jejaknya. Yah... kini aku telah memakai jilbab dan berbusana muslimah. Ketika kukatakan niatku itu padanya, ia merangkulku penuh bahagia dan langsung menghadiahkanku sebuah jilbab putih yang baru dibelinya minggu yang lalu. Aku bahagia sekali.

        Mama dan papa? Alhamdulillah tidak menjadi masalah. Mereka pun mendukung prinsipku. "Anak gadis mama dan papa jadi tambah cantik deh...", puji mereka ketika pertama kali melihat diriku memakai jilbab. Aku hanya tersenyum senang, bahagia.

        Tapi tidak bagi teman-temanku di SMUN 10. Mereka kaget karena si bintang kelas yang selalui menjuarai berbagai perlombaan antar sekolah di berbagai bidang kesenian, olah raga dan pendidikan memakai jilbab. Santi yang dikenal mereka seorang anak yang lincah dan periang juga anak gaul memakai selembar kain yang bagi mereka itu penghalang gerak seorang wanita, pengukung emansipasi. Mereka tidak mau menerima keadaanku, mereka menginginku seperti Santi yang dulu yang bisa diajak kemana aja.

         Santoni, termasuk dari mereka yang yang menentang jalanku ini. Sang Idola cewek-cewek SMUN 10 itu tidak setuju dengan penampilanku sekarang ini. Kuno, terbelakang, tidak modern, katanya ketika melihatku dengan jilbab putihku. Aku terhenyak mendengar makiannya. “Oh....Tuhan, kenapa Santoni beranggapan seperti itu. Seharusnya ia bangga  kalau aku dapat mengamalkan perintah Allah secarah kaffah”.

       "Itulah ujian San. Bersyukurlah Allah berkenan menguji Santi yang ingin istiqomah di jalan-Nya.Ketahuilah bila seseorang hamba diuji Allah berrti Allah menginginkan hamba itu dekat dengan-Nya, karena Allah ingin mengetahui kadar ketaqwaannya...", tutur mbak Nila ketika kuceritakan masalahku. Dengan panjang lebar mbak Nila menjelaskan tentang pergaulan dalam Islam dan ia pun berusaha mengeluarkanku dari masalah yang sedang membelengguku.

       "Istiqomah ya dik, ikuti kegiatan Rohis yang ada di sekolahmu, insya Allah kau akan dapati masih banyak saudara-saudaramu yang mencintai dan menyayangimu karena Allah. Tahan uji adalah salah satu sifat seorang mukmin", kata mbak Nila lagi sambil tersenyum ke arahku, senyuman yang membuat tekad di hatiku untuk menjadi seorang wanita sholehah yang sering di sebut-sebutnya. Tanpa terasa air mataku mengalir terharu dengan penuturannya yang membuat hatiku plong.

                                                       *    *    *    *    *
          Alhamdulillah.....selain mbak Nila, ada Ima, Ina, Ani, Dina, Opi, Yanti dan banyak lagi teman yang memberikan support kepadaku, mereka berusaha menguatkan tekadku. Dari persaudaraan yang mereka ulurkan seakan berkata kalau aku tidak sendirian berjalan di jalan ini, masih banyak saudara-saudaraku yang bisa kuajak kerja sama, saudara-saudaraku yang baru aku ketahui bahwa merekalah saudara-saudaraku yang mencintaiku dan menyayangiku karena Allah.Kini aku tidak sendiri lagi terutama semenjak aku masuk dalam anggota rohis sekolah.
       
                                                       *   *      *    *     *
        "San...malam minggu ini kamu ada di rumah kan!?" Tanya Santoni suatu hari.
        "Duh...gimana ya Ton. Malam minggu ini aku harus menginap ke rumah nenek, habis udah janji sih sama beliau sekalian hari minggu kan hari libur", elakku.

        "Aduh Santi, kok banyak sekali alasanmu bila aku ingin apel malam minggu di rumahmu. Minggu kemaren kamu bilang sibuk mempersiapkan ujian Kimia, minggu kemarennya lagi kamu bilang mau nemani mama dan papamu memenuhi undangan makan malam relasi kerja papamu, dan minggu kemarennya lagi.......aduh, aku nggak ingat lagi alasan-alasanmu. Santi.., sejujurnya apakah kau tidak ingin bersamaku lagi merajut hari-hari kita dengan cinta?".

        "Maaf Ton, aku tetap tidak bisa. Selamat tinggal, aku masih punya banyak kerjaan", jawabku tegas. Tak kuhiraukan lagi panggilan Santoni, aku bergegas pergi. Ah...ada yang mengiris dalam hatiku, cinta sang coverboy yang telah berhasil kuraih harus terpaksa aku lepaskan demi meraih cinta yang sebenarnya, cinta hakiki. “Maafkan aku Ton”...bisikku.

                                                      *     *     *     *      *
         "San, ayo naik...!" Pinta Santoni kepadaku untuk naik di motornya setelah kami pulang dari sekolah.

         "Mmmakasih...Ton, aku naik bus aja bareng sama teman-teman", tolakku. "Teima kasih atas ajakanmu".

         Kutangkap tatapan tajam dari mata kelamnya, aku tak tahu apa itu, marahkah ia, kesalkah karena nggak pernah-pernah aku menolak  permintaannya. Tanpa berkata lagi, Toni langsung tancap gas. Tanpa kusadari banyak teman-teman yang menyaksikan adegan drama ini.

        "Tumben San, nggak mau di bonceng. Coba kalau Santoni tadi nyuruh aku yang duduk di belakangnya, wah...takkan bakal kutolak", celoteh  Rina yang langsung disambut riuh oleh teman-teman.

         "Eh San.., hati-hati lho kalau kamu nggak mau lagi sama si ganteng. Masih banyak yang menginginkan cintanya..." ujar Sari mewanti-wanti diriku.

                                                       *     *     *     *     *                      
         Kini siswa-siswi SMUN 10 geger, pasalnya aku putus resmi sama Santoni. Aku merasa lega sekali ketika kuucapkan kata "putus" itu. Kedudukanku sekarang bagaikan seorang selebritis yang jadi bahan gunjingannya para pers, di mana-mana orang orang membicarakan tentang putusnya hubungan kami.

         "Wah...bakal ada kesempatan nih merebut cinta sang Arjuna". Itu kata mereka. “Yah..terserah apa kata kalian, tapi aku mengetahui apa yang terbaik untukku”, bisikku.

                                                        *     *      *       *       *
          Sekarang hari-hariku kulalui dengan penuhnya kegiatan di rohis. Tapi tidak dengan Santoni, kelihatannya ia tidak seperti hari-hari sebelumnya. Kata teman-temannya Santoni sering bolos dari sekolah. Mendengar kabar itu aku jadi sedih, akukah penyebabnya? Kukuatkan hatiku, “berilah hidayah-Mu kepadanya sebagaimana Engkau memberikan hidayah-Mu kepadaku”, doaku dalam hati.
          "San, itu ditunggu si Ina, jadi rapat nggak?" tanya Atika.

          "Oh ya..", tiba-tiba aku tersadar dari lamunanku, astaghfirullah....

                                                         *      *    *       *        *
          Tahun berganti tahun. Kini aku telah menamatkan sekolahku di SMUN 10 dengan menggandeng Nem tertinggi di sekolahku. Alhamdulillah....syukurku. Tak lupa kutunjukkan keberhasilan itu pada mama, papa dan juga mbak Nila. Semuanya merasa senang dan gembira dengan prestasiku. Mama dan papa berniat mengajakku berlibur ke Amsterdam. Mbak Nila juga tidak ketinggalan ikut menghadiahkan sebuah Alquran kecil padaku.

          "Semoga tiap kali membaca Alquran  ini, dik Santi dapat teringat dengan mbak Nila", ucapnya. “Ah...mbak Nila, tanpa hadiah pun aku akan tetap mengingat persaudaraan kita ini. Kaulah yang mengajakku untuk mencapai hidayah-Nya”. Kupeluk tubuhnya, aku terharu dengan segala perhatiannya selama ini.

           "Dik Santi, percayakah dik Santi, kalau ada pertemuan pasti ada perpisahan?" tanya mbak Nila.

            "Ya.. percaya", jawabku.

            Mbak Nila tersenyum.,"begitu juga dengan kita". Perkataannya ini membuat aku langsung berpaling kearahnya.

            "Maksud mbak?" tanyaku.

            "Dik Santi jangan bersedih ya..., sepertinya kita akan sementara berpisah.  Mbak akan pulang ke Yogya, ada telegram dari ayah dan ibu yang menyuruh mbak harus cepat pulang".

            "Jadi mbak akan pergi meninggalkanku?".

            "Yah begitulah dik..., mbak akan menikah".

            "Apa mbak?, mbak akan menikah?". Mbak Nila mengangguk.

Entah perasaan apa yang sekarang ada dalam hatiku, bahagia atau sedih. Bahagia.., wajar karena kebahagiaannya kebahagiaanku juga. Mbak Nila bahagia karena akan menggenapkan dinnya yang separuh. Sedih..., itu pun ada karena kami akan berpisah, entah itu buat sementara atau selamanya.

             "Mbak, sebenarnya aku ingin kita selalu dapat bersama".

             "Yah..itu rencana manusia, tapi bila Allah menghendaki lain, kita tidak bisa mengelak dari kehendak-Nya. Dik San ti jangan bersedih ya, insya Allah...Allah akan mengganti yang lebih baik dari mbak. Yang penting selalulah istiqomah di jalan-Nya. Kuatkan hatimu dalam menggarungi ujian yang menghampiri, selalu bersabar. Dengan begitu engkau akan merasa Allah dekat denganmu. Dan terakhir, sering-sering ya kirim surat ke mbak, insya Allah mbak akan balas. San.., mbak tidak ingin mendengar setelah mbak pergi  kalau Santi nggak semangat lagi dalam hari-harinya".

           "Terima kasih mbak. Semoga mbak tidak melupakanku. Dan aku akan selalu mengingat mbak sampai kapan pun, karena mbak sudah seperti saudara kandungku sendiri, dan melalui mbak juga aku menemukan cinta sejati dan persaudaraan karena Allah. Doakan aku ya mbak semoga aku tetap istiqomah, begitu juga dengan mbak, semoga selalu istiqomah bersama dengan suami mbak Nila". Tak terasa mataku basah..., aku menangis, mbak Nila juga.  Kami saling berpelukan seakan kami tidak ingin kehilangan satu sama lain. 

                                                         *     *     *      *     *
            Mbak Nila telah pergi  tapi seakan ia tidak pernah pergi  dari hatiku. Ia selalu berada dalam hari-hariku. Kupandangi potonya yang tersenyum manis. Tak terasa gumpalan-gumpalan bening kembali menggenangi bola mataku. Bila teringat hari-hari yang kami lalui dengan keceriahan dan cengrama, aku akan selalu menangis. Tapi aku akan selalu berdoa semoga suatu saat kita kan dapat bertemu kembali.


                                                         *     *      *     *      *

Kreasi edisi 19
Continue reading Seikat Tali Persaudaraan

Friday, September 19, 2014

Hembusan Penuh Cinta Dari Gurun Sahara

HEMBUSAN PENUH CINTA
DARI GURUN SAHARA
Oleh : Ahmad Naufal Hasan

            Belakangan ini bapak sering sakit-sakitan, usianya yang lebih dari  setengah abad membuat fisiknya lemah dan mudah terkena penyakit.
            Setahun yang lalu bapak terkena penyakit kuning (liper) walaupun hanya gejala akan tetapi sempat dirawat beberapa hari di rumah sakit dan Alhamdulillah bapak sehat kembali, tubuhnya yang kurus akibat sakit sudah mulai berisi dan sudah beraktivitas seperti biasanya sebagai petani.
            Layaknya orang yang mau berangkat ke kantor atau ke tempat kerjanya dengan memakai pakaian dinas dan dasi yang tak pernah lepas dari putaran lehernya. Ia pun Setiap pagi memakai pakaian dinasnya pula. Baju dan celana berubah menguning kecoklat-coklatan akibat lumpur yang menempel lalu terjemur di badan, sesekali di cuci tapi  warnanya tetap tak berubah, tudung laksana gunung kawi yang selalu menaungi kepalanya biasa menyangkut di lehernya, begitu juga  tak lupa cangkul selalu menyertai di atas bahunya, dan sebotol air di pegangnya, sengatan terik matahari  sudah menjadi teman akrab yang selalu menyapa di kala  pagi datang hingga petang menjelang.
            Datanglah siang di iringi dengan berkumandangnya adzan dari kejauhan, lalu ucapnya Alhamdulillah sebagai rasa syukur kepada Allah yang memberikan segalanya di dunia ini, ucapnya yang lembut merasuk hingga kedalam rongga jiwa, menyejukkan tubuh yang gersang akibat sengatan terik matahari dari pagi hingga siang adzan berkumandang, sejuk hatinya bagai tersiram air pegunungan.
Continue reading Hembusan Penuh Cinta Dari Gurun Sahara

Friday, July 4, 2014

Ramadhan ; Intinya Adalah Takwa

Dalam hadits qudsi Allah SWT. berfirman “seluruh amal perbuatan anak adam adalah untuknya kecualai puasa, puasa itu untukku dan aku yang akan memberi balasannya”.

Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa puasa adalah ibadah yang paling spesial diantara ibadah yang lain karena Allah Swt. Mengutamakannya dari semua ibadah yang dilakukan ummat Islam dan Allah Swt. sendiri yang akan memberi balasannya  serta tidak ada seorang pun yang mengetahui balasan dari ibadah puasa ini.

Setiap yang sepesial sudah pasti mempunyai keutamaan dan rahasia yang terkandung di dalamnya, begitu pula dengan puasa Ramadhan, pasti mempunyai hikmah besar yang terkandung di dalamnya.

Continue reading Ramadhan ; Intinya Adalah Takwa

Thursday, July 3, 2014

Profil DR. Muchlis Hanafi, MA: Kesuksesan studi di Universitas Al-Azhar

Kesuksesan studi di Universitas Al-Azhar

Sejarah Pendidikan

“Mengalir mengikuti jenjang pendidikan saja” beberapa petikan ucapan beliau ketika ditanya tentang pendidikannya. Pria kelahiran Jakarta, 18 Agustus 1971 ini sebenarnya tidak pernah membayangkan akan menjadi mahasiswa Universiatas Al-Azhar seperti sekarang ini. Semasa kecilnya ia memang sudah giat belajar dibeberapa lembaga pendidikan, semasa tingkat dasar misalnya, ia belajar pada tiga tempat, pagi hari ia belajar di Sekolah Dasar, siang harinya belajar di Madrasah Ibtidaiyyah, dan sore harinya ia sempatkan untuk mengaji al-Quran. Setelah menyelesaikan tingkat dasarnya, ia melanjutkan ke Pondok Pesantren Modern Gontor selama 6 tahun. Selesai di Gontor ia terpikir untuk melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi, namun sebelum ia masuk ke perguruan tinggi ia sempatkan mengaji untuk memperdalam al-Quran dahulu di Ma’had Aly di Bangil. Lalu ia pun terpikir harus banyak tahu lagi tentang al-Quran dan untuk melengkapi pengetahuan tentang al-Quran, ia lanjutkan studinya di Ponpes Sunan Pananarang-Jogjakara, setelah selesai, Kyainya pun berpesan kepadanya untuk melanjutkan ke Cairo saja, mengambil fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir. Namun sebenarnya dalam hati nuraninya ia mempunyai dua keinginan antara melanjutkan ke Cairo atau ke Madinah, di Madinah ia ingin masuk Kuliyyah al-Quran, tetapi ketika itu calon mahasiswanya dibatasi dari Indonesia. Tak bisa melanjutkan di Madinah, hanya ada satu pilihan melanjutkan di Cairo, di sana yang sesuai dengan bidang beliau adalah Universiatas al-Azhar.
Continue reading Profil DR. Muchlis Hanafi, MA: Kesuksesan studi di Universitas Al-Azhar

Sunday, September 2, 2012

,

Mahaguru Spektakuler BIOGRAFI DUA GURU K.H. NOER ALIE: GURU MARZUKI DAN SYEKH ALI AL-MALIKI


Mahaguru Spektakuler
BIOGRAFI DUA GURU K.H. NOER ALIE:
GURU MARZUKI DAN SYEKH ALI AL-MALIKI


Oleh: H. Irfan Mas’ud, MA

الآ لن تنال العلم الاّ بستة     #      سأنبيك عن مجموعها ببيان
 ذكاء وحرص واصطبار وبلغة     #     وإرشاد أستاذ وطول زمان
            Pada edisi kreasi sebelumnya, telah dimuat profil KH. Noer Alie, sang Singa Karawang Bekasi. Sumbangsih dan dedikasihnya yang teramat besar khususnya dibidang pendidikan, membuatnya memiliki tempat tersendiri di hati setiap orang yang mengenalnya, apalagi murid-muridnya. Mahaguru, mungkin itulah julukan dari kesekian julukan lainnya yang pantas disematkan pada beliau.
                Namun tetap saja, dunia ini hanyalah putaran dari sebab musabab. Kecerdasan dan kegigihan “si Belut Putih” -begitulah KH. Noer Alie kerap disebut- tak lepas dari pemilihan lingkungan dan pergaulan yang tepat. Di samping itu, orang-orang spektakuler yang menjadi gurunya pun memiliki pengaruh dan sumbangsih yang tak kalah besar terhadap kesuksesan beliau. Diantaranya adalah Guru Marzuki dan Syekh Ali maliki. Berikut kilasan biografi dan riwayat hidupnya:

·         K.H. AHMAD MARZUKI AL-BETAWI (1293 – 1353 H/1876 – 1934 M)

Nama lengkap beliau adalah “Ahmad Marzuki bin Syekh Ahmad al-Mirshad bin Khatib Sa’ad bin Abdul Rahman al-Batawi”. Ulama terkemuka asal Betawi yang bermazhab Syafi’i dan populer dengan sebutan Guru Marzuki. Ayahnya, Syekh Ahmad al-Mirshad, merupakan keturunan keempat dari kesultanan Melayu Patani di Thailand Selatan yang berhijrah ke Batavia. Guru Marzuki dilahirkan pada bulan Ramadhan tahun 1293 H/1876 M di Meester Cornelis, Batavia.

Masa Pertumbuhan dan Menuntut Ilmu

Pada saat berusia 9 tahun, Guru Marzuki ditinggal wafat ayahnya. Pengasuhannya pun beralih ke tangan ibunya yang dengan penuh kasih sayang membina sang putra dengan baik. Pada usia 12 tahun, Marzuki dikirim oleh sang ibu kepada seorang ahli fikih bernama Haji Anwar untuk memperdalam Al-Qur'ân dan ilmu-ilmu dasar bahasa Arab. Guru Marzuki kemudian melanjutkan pelajarannya mengaji kitab-kitab klasik (turats) dibawah bimbingan seorang ulama Betawi, Sayyid Usman bin Muhammad Banahsan. Melihat ketekunan dan kecerdasan Marzuki-muda, sang guru pun merekomendasikannya untuk berangkat ke Mekah al-Mukarramah guna menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu. Guru Marzuki yang saat itu berusia 16 tahun pun kemudian bermukim di Mekah selama 7 tahun.

Selama tidak kurang dari 7 tahun, hari-harinya di Tanah Suci dipergunakan Guru Marzuki dengan baik untuk beribadah dan menimba ilmu dari para ulama terkemuka di Haramain. Ulama Haramain yang sempat membimbing Guru Marzuki, antara lain: Syekh Muhammad Amin bin Ahmad Radhwan al-Madani (w. 1329 H.), Syekh Umar Bajunaid al-Hadhrami (w. 1354 H.), Syekh Abdul karim al-Daghistani, Syekh Mukhtar bin Atharid al-Bogori (w. 1349 H), Syekh Ahmad al-Khatib al-Minangkabawi (w. 1337 H.) dan lain-lain.

Ilmu yang dipelajarinya pun bermacam-macam, mulai dari nahwu, shorof, balaghah (ma‘ani, bayan dan badi‘), fikih, ushul fikih, hadits, mustholah hadits, tafsir, mantiq (logika), fara’idh, hingga ke ilmu falak (astronomi). Dalam bidang tasawuf, guru Marzuki memperoleh ijazah untuk menyebarkan tarekat al-‘Alawiyah dari Syekh Umar Syatta al-Bakri al-Dimyathi (w. 1331 H.) yang memperoleh silsilah sanad tarekatnya dari Syekh Ahmad Zaini Dahlan (w. 1304 H/1886 M.), Mufti Syafi’iyyah di Mekah al-Mukarramah.

Dalam disertasi doktoralnya di Fak. Darul Ulum, Cairo University (hal. 63 – 66), Daud Rasyid memasukkan Guru Marzuki sebagai salah seorang pakar hadits Indonesia yang sangat berjasa dalam penyebaran hadits-hadits nabi di Indonesia dan menjaga transmisi periwayatan sanadnya.

Sistem Mengajar dan Para Muridnya

Sesudah kembali ke tanah air, atas permintaan Sayid Usman Banahsan, Guru Marzuki mengajar di masjid Rawabangke selama 5 tahun, sebelum pindah dan menetap di Cipinang Muara. Di sinilah ia merintis berdirinya pesantren di tanah miliknya yang cukup luas. Santri yang mondok di sini memang tidak banyak, ditaksir sekitar 50 orang yang mayoritas datang dari wilayah utara dan timur Jakarta (termasuk Bekasi).

Guru Marzuki biasa mengajar muridnya sambil berjalan di kebun dan berburu bajing (tupai). Ke mana sang guru melangkah, ke sana pula para murid mengikutinya dalam formasi berkelompok. Setiap kelompok murid biasanya terdiri dari empat atau lima orang yang belajar kitab yang sama, satu orang di antaranya bertindak sebagai juru baca. Sang guru akan menjelaskan bacaan murid sambil berjalan. Setiap satu kelompok selesai belajar, kelompok lain yang belajar kitab lain lagi menyusul di belakang dan melakukan hal yang sama seperti kelompok sebelumnya.

Mengajar dengan cara duduk hanya dilakukan oleh Guru Marzuki untuk konsumsi masyarakat umum di masjid. Meskipun demikian, anak-anak santrinya lah yang secara bergiliran membacakan sebagian isi kitab untuk sang guru yang memberi penjelasan atas bacaan muridnya itu. Para juru baca itu kelak tumbuh menjadi ulama terpandang di kalangan masyarakat Betawi dan sebagian mereka membangun lembaga pendidikan yang tetap eksis sampai sekarang, seperti KH. Noer Alie (pendiri Pesantren Attaqwa, Bekasi), KH. Mukhtar Thabrani (pendiri Pesantren An-Nur, Bekasi), KH. Abdul malik (putra Guru Marzuki), KH. Zayadi (pendiri Perguruan Islam Az-Ziyadah, Klender), KH. Abdullah Syafi’i (pendiri Pesantren Asy-Syafi’iyyah, Jatiwaringin) dan ulama-ulama lainnya. Selain KH. Abdul Malik (Guru Malik), putera-putera Guru marzuki yang lain juga menjadi tokoh-tokoh ulama, seperti KH. Moh. Baqir (Rawabangke), KH. Abdul Mu’thi (Buaran, Bekasi), KH. Abdul Ghofur (Jatibening, Bekasi).

Guru Marzuki dan Jaringan Ulama Betawi

Dalam kajian Abdul Aziz, MA., peneliti Litbang Depag dan LP3ES, Guru Marzuki termasuk eksponen dalam jaringan ulama Betawi yang sangat menonjol di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 bersama lima tokoh ulama Betawi lainnya, yaitu: KH. Moh. Mansur (Guru mansur) dari Jembatan Lima , KH. Abdul majid (Guru Majid) dari Pekojan , KH. Ahmad Khalid (Guru Khalid) dari Gongangdia , KH. Mahmud Romli (Guru mahmud) dari Menteng , dan KH. Abdul Mughni (Guru Mughni) dari Kuningan-Jakarta Selatan .

Guru Marzuki beserta kelima ulama terkemuka Betawi yang hidup sezaman ini memang berhasil melebarkan pengaruh keulamaan dan intelektualitas mereka yang menjangkau hampir seluruh wilayah Batavia (Jakarta dan sekitarnya). Jaringan keulamaan yang dikembangkan oleh “enam pendekar-ulama Betawi” hasil gemblengan ulama haramain inilah yang kelak menjadi salah satu pilar kekekuatan mereka sebagai kelompok ulama yang diakui masyarakat dan telah berjasa menelurkan para ulama terkemuka Betawi selanjutnya.

Wafatnya
Guru Marzuki —rahimahullah wa ardhahu— wafat pada hari Jumat, 25 Rajab 1353 H. Pemakaman beliau dihadiri oleh ribuan orang, baik dari kalangan Habaib, Ulama dan masyarakat Betawi pada umumnya, dengan shalat jenazah yang diimami oleh Habib Sayyid Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (w. 1388/1968) .

Di masa hidupnya, Guru Marzuki dikenal sebagai seorang ulama yang dermawan, tawadhu’, dan menghormati para ulama dan habaib. Beliau juga dikenal sebagai seorang sufi, da’i dan pendidik yang sangat mencintai ilmu dan peduli pada pemberdayaan masyarakat lemah; hari-hari beliau tidak lepas dari mengajar, berdakwah, mengkaji kitab-kitab dan berzikir kepada Allah swt. Salah satu biografi beliau ditulis oleh salah seorang puteranya, KH. Muhammad Baqir, dengan judul Fath Rabbil-Bâqî fî Manâqib al-Syaikh Ahmad al-Marzûqî.
·         
SYEKH MUHAMMAD ALI AL-MALIKI (1287 – 1367 H/1870 – 1948 M)

Nama lengkap beliau adalah “Muhammad Ali bin Husain bin Ibrahim bin Husain bin ‘Abid al-Makki al-Maliki, berasal dari keturunan Maroko yang lahir dan menetap di Mekah. Syekh Muhammad Ali al-Maliki dikenal sebagai “Mahaguru pada masanya” (Syaikh masyayikh ‘ashrihi), dan karena kepakarannya yang tak tertandingi dalam bidang gramatika bahasa Arab, dijuluki sebagai “Sibawaihi zamannya” (Sibawaihi zamânihi).

Syekh Al-Maliki dilahirkan di kota Mekah pada tahun 1287 H/1870 M dan meninggal di kota Tha’if pada tahun 1367 H/1948. Di antara guru-guru yang membekalinya ilmu-ilmu keagamaan dan tatabahasa Arab adalah saudaranya sendiri yang saat itu menjabat sebagai mufti mazhab Maliki di Mekah, Syekh Abid bin Husain al-Maliki (w. 1292 H) . Salah satu karyanya adalah “Tadrîb ath-Thullâb fi Qawâ‘id al-I‘râb”,.  Di samping menguasai fikih Maliki, beliau juga mendalami dan menguasai fikih Syafi’i di bawah bimbingan seorang faqih shufi, Syeikh Sayyid al-Bakri Syatta (lahir 1310 H), pengarang kitab I‘anah ath-Thalibin, sebuah kitab fikih Syafi’i yang menjadi buku daras di berbagai pesantren di Indonesia, termasuk di Pesantren Tinggi Attaqwa. Dan masih banyak ilimu-ilmu lainnya seperti ilmu hadis dan tashawuf,yang semakin membuatnya sangat layak untuk disebut dengan Mahaguru.

Setelah menamatkan pelajarannya di bawah bimbingan para ulama Haramain terkemuka di masanya, Syekh al-Maliki mendermakan ilmu dan hidupnya mengajar di Masjidil Haram dan Madrasah Darul Ulum, Mekah, yang didirikan oleh ulama-ulama haramain asal Melayu-Nusantara, dan menjabat sebagai pimpinan para syekh (Syaikhul Masyayikh) sejak pertama kali madrasah tersebut berdiri pada tahun 1933 . Kepakarannya di berbagai bidang ilmu-ilmu keislaman dan tata-bahasa Arab, menjadi magnet tersendiri bagi para pelajar Arab dan non-Arab —bahkan tidak sedikit yang sudah bergelar ulama— yang datang berguru kepadanya. Sehingga tidak berlebihan bila dikatakan bahwa hampir seluruh ulama Hijaz dan para penuntut ilmu dari Melayu-Nusantara (yang mencakup Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand Selatan dan Brunei) yang menjadi muridnya. Salah satunya adalah Syekh Hasan al-Masysyat (w. 1399 H). Adapun murid-murid beliau yang berasal dari Indonesia, antara lain: Syekh Muhsin al-Musawa (w. 1354 H.) , “Enam Pendekar-Kiyai Betawi” (Guru Mansur, Guru Majid, Guru Romli, Guru Marzuki, dan Guru Mughni), Musnid ad-Dunya Syekh Muhammad Yasin al-Fadani (w. 1990) , KH. Noer Alie (w. 1992 M.) dan lain-lain.

Hubungan Syekh Ali Maliki dengan KH. Noer Alie

Hubungan K.H. Noer Ali dengan guru yang satu ini memang agak lebih istimewa dibandingkan dengan guru-gurunya yang lain di Haramain. Keistimewaan itu terlihat karena Guru Marzuki yang juga murid Syekh Ali al-Maliki, diduga kuat telah merekomendasikan KH. Noer Alie untuk melanjutkan pelajarannya langsung di bawah bimbingan Syekh al-Maliki yang pernah menjadi gurunya di Mekah.

Selain itu, keistimewaan Syekh al-Maliki bagi KH. Noer Alie juga terlihat dari beberapa ijazah hizb dan wirid yang didapatkannya langsung dari Syekh Ali al-Maliki. Ijazah (sertifikasi) wirid dan hizb ini menunjukkan inisiasi Syekh Ali al-Maliki dan para ulama di masanya pada tasawuf-sunni —lawan dari tasawuf falsafi— yang berupaya mengharmonisasikan antara aspek lahiriah-eksoteris (syariat) dan zuhud-esoteris (hakikat), suatu upaya yang kemudian diikuti dengan setia oleh murid-muridnya, termasuk KH. Noer Alie dan para murid beliau yang setia.

Wallâhu A‘lam.
Continue reading Mahaguru Spektakuler BIOGRAFI DUA GURU K.H. NOER ALIE: GURU MARZUKI DAN SYEKH ALI AL-MALIKI

Thursday, June 21, 2012

Titik Penantian


Senin (6/2/12), Auditorium American Future sesak oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia Mesir yang akrab disebut dengan Masisir. Sangat terlihat jelas kebahagiaan mereka saat itu, kehadiran seorang Bapak Kedutaan Besar Republik Indonesia di Mesir, Bpk. Nurfaizi Suandi, M.M. setelah menjalani penantian panjang, menanti kehadiran seorang leader yang didamba-dambakan, jiwa pemimpin yang dapat menjadi obat di saat berbagai macam penyakit melanda. Ya, pemimpin yang diharapkan keadilannya kelak.

“Di tangan Anda semua, masa depan Indonesia.” Ucap Bapak kelahiran magelang itu saat memberikan sambutan kepada Warga Negara Indonesia (WNI) di Mesir. Dari itu, Beliau sangat berpesan kepada kita agar tidak menyia-nyiakan keberadaan kita di sini, di Negeri para Nabi. Terlebih, tidak banyak masyarakat Indonesia yang memiliki kesempatan untuk melanjutkan studi ke Mesir atau negeri seberang lainnya. Para orangtua di Tanah Air yang menanti kepulangan anak-anaknya dengan bekal ilmu yang selama ini telah kalian timba. Serta dapat mengamalkannya pada masyarakat Indonesia. Tidak hanya itu, Beliau pun menjelaskan tentang kelanjutan pembangunan asrama untuk pelajar dan mahasiswa Indonesia yang bertempat di Sixth District  yang berlokasi tidak jauh dari asrama mahasiswa Mesir. Lokasi ini telah dirancang sedemikian rupa dengan tujuan, mahasiswa Indonesia dapat memiliki hubungan yang baik dengan mahasiswa pribumi.

Terbayang dari semua ucapan yang mengalir jernih dari lisannya, bapak yang memiliki riwayat pendidikan militer ini begitu bersemangat menyampaikan sambutan-sambutannya, tak jarang pula lantunan ayat suci Al-qur’an dan hadist mengalir lembut dari lisannya, yang mengajarkan kami untuk senantiasa bersyukur, dan terus bersyukur atas ni’mat yang selama ini Allah berikan kepada kita.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Beliau berjanji kepada masisir “Saya akan memberikan kontribusi yang terbaik kepada Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir. Serta membantu segala macam problematika WNI di Mesir.” Semoga apa yang beliau ucapkan dapat kita rasakan di dunia nyata, tidak hanya ucapan manis belaka.

“Jadilah rumput yang paling tinggi di antara padang rumput.” Ucapnya sebelum mengakhiri perbincangan hangat bersama masisir.  Sore 6/2/2012.

Demikian rangkaian kata demi kata yang telah disampaikan oleh Bapak. DUBES RI. Bpk. N urfaizi Suandi, M.M. yang diakhiri dengan riuh tepuk tangan penuh harap masisir, harapan yang besar dari seorang anak kepada Bapak. “Semoga Bpk. Dubes RI kita saat ini dapat lebih bersahabat dengan masisir dan memberikan semua yang menjadi hak Mahasiswa atau WNI di Mesir.” Ucap Bpk. Muhammad Syukron atau Wakil Presiden PPMI yang saat itu memoderatori acara Talk Show Perkenalan Duta Besar LBBP RI.
Continue reading Titik Penantian

Hikmah 42

Kami semua benar-benar hening khusyu mendengarkan kata perkata yang keluar dari lisan guru yang amat sangat kami banggakan itu, khawatir ada satu atau dua kata yang terlewati oleh pendengaran.
Pagi itu tidak seperti biasanya,sama sekali tidak ada rasa kantuk apalagi bermalas-malasan. Seluruh Santri 3 Aliyah seakan berada di alam bawah sadar dengan telinga terpasang lebar-lebar. Tiupan angin sepoi-sepoi menemani keheningan pagi.

“ Setelah kalian lulus nanti jaga Iman kalian, “ ucap beliau dengan tatapan kosong sambil memainkan pelan pena di tangan kanannya.
 
“ Tantangan diluar nanti tidaklah mudah, jangan mudah terpengaruh dengan apapun. Apalagi banyaknya aliran-aliran yang sudah tidak lagi sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasulnya “ Beliau menghentikan pembicaraannya,kami semua tertunduk lesu, semakin hari bukanlah semakin kuat keinginan kami untuk lulus tetapi kekhawatiran dan langkah yang tidak ringan untuk meninggalkan Almamater ini.

“ Saya akan menceritakan sebuah kisah kepada kalian semua ... “ kamipun sibuk memperbaiki letak posisi duduk kami mendekat agar lebih jelas dapat mendengar suara beliau.
“ Asiikkk cerita uy “ bisik kholifah pelan sambil tersenyum
“ sttth ..  jangan berisik “ keluh maimunah tak mau diganggu.

“ Ada seorang santri cerdas dan rajin beribadah, sebut saja namanya Fatir. Prestasinya sudah tidak diragukan lagi, Karena prestasinya itu Fatir pun mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di Amerika “ ..

“ Lah kok Amerika guru, kenapa gak ke Mesir ?? “ celetuk Nadhira tanpa ragu. Kami spontan tertawa mendengar pertanyaan konyol itu.

“ Intelektualitas bahasa Inggrisnya jago makanya dapet beasiswa ke Amerika “ jawab guru kami sambil tersenyum

“ Terusin Guru .. “ Pinta kami penasaran

“ Bertahun-tahun ia belajar di Amerika sampai menyelesaikan study S2-nya disana. Setelah itu ia pun kembali ke tanah air dengan prestasi yang dikagumi banyak orang. Dan setibanya Fatir di tanah air Indonesia, ia pun mendatangi Almamaternya tempat ia menimba ilmu dulu.
Semua menyalami Fatir sambil mengucapkan selamat. Dicarinya Kiyai kebanggaannya. Sang Kiyai menyambutnya dengan penuh kehangatan. Setelah berbincang cukup lama, Fatirpun mengajukan sebuah pertanyaan,

‘ Pak Kiyai selama saya belajar di Amerika ada beberapa pertanyaan yang hingga sampai saat ini belum dapat saya temukan jawabannya, oleh karena itu saya ingin menanyakan kepada Pak Kiyai ‘
‘ Apa itu pertanyaannya Fatir ??? ‘

Fatirpun tanpa ragu menyampaikan pertanyaannya
‘ Ada 3  pertanyaan pak kiyai,
yang pertama : Setan itu terbuat dari api, Neraka pun tercipta dengan api. Lalu jika setan masuk kedalam api neraka berarti setan tidak merasakan sakitnya siksaan nereka itu sendiri, Dan sungguh Allah tidak adil akan hal ini pak Kiyai ‘
Sang kiyai hanya membalasnya dengan senyuman.
‘ Lalu apa pertanyaanmu selanjutnya ?? ‘

‘ pertanyaan saya yang kedua : Diantara sifat-sifat Allah adalah wujud yang berarti ada, namun dimana keberadaannya pak kiyai ??? tidak terlihat, apakah Allah itu benar-benar ada ??? ‘

‘ Dan apa pertanyaan terkahirmu ?? ‘ tanya pak kiyai dengan tenang

‘ Dan yang terkhir saya masih belum percaya dengan ketentuan takdir pak kiyai, Apakah kita harus meyakini keberadaan takdir baik dan buruk yang sama sekali keberadaannya masih samar ?? ‘
 Fatirpun mengakhiri pertanyaannya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu “

“ Fatir fikirannya mulai melenceng Guru ..“ Vonis Neneng tanpa ragu.
Guru kami hanya menggeleng tersenyum melihat ekspresi raut wajah kami yang dihiasi dengan alis mengkerut.

“ Guru, apa jawaban pak Kiyainya ??? “ tanyaku menimpali
“ iya Guru ..... !!!! “ serentak semuanya mengiyakan pertanyaanku.

Guru kamipun meneruskan ceritanya sambil berdiri bangun dari duduknya.
“ Sang kiyai tidak menjawab sepatah katapun dari pertanyaan-pertanyaan Fatir. Namun Sang Kiyai hanya menjawabnya dengan tamparan kencang yang mendarat di pipi kiri Fatir . Fatirpun kaget dan protes atas perbuatan Kiyainya tersebut.

‘ kenapa pak kiyai menapar saya ??? ‘ tanya Fatir sambil memegang pipinya kesakitan.
‘ itulah jawaban dari semua pertanyaan kamu ‘ jawab pak kiyai singkat.
‘ apa maksud pak kiyai ‘ Fatir penasaran tidak terima

‘ Tangan saya terbuat dari tanah, pipi kaupun terbuat dari tanah pula, dan kau merasakan sakit bukan ??
maka sama halnya dengan setan yang disiksa di api neraka. Setanpun akan merasakan sakit meski sama-sama dari api.
Dan Allah sungguh adil’
Fatir tertunduk mengerti

‘ Lalu apa kau merasakan sakit ?? ‘ tanya sang Kiyai
‘ Sakit sangat pak kiyai ‘ jawabnya sambil megeluh
‘ Berikan rasa sakit sakit itu kepadaku ‘
namun Fatir menggeleng
 ‘ Ini hanya bisa dirasakan pak kiyai, tidak dapat diberikan berupa bentuk ‘ jawab Fatir yakin.

‘ Kamu benar sekali, begitu pula dengan keberadaan Allah.
Allah hanya dapat dirasakan kekuasaannya dan keagungan Rahmatnya, sementara itu tidak dapat dilihat bentuk parasnya’

Fatir tertunduk malu, dengan tatapan anak mata yang mulai beranak sungai.

‘ Dan aku bertanya padamu, apakah kau sebelumnya memiliki firasat bahwa aku akan menampar keras pipimu ?? ‘

Fatir menggeleng lesu.

‘ Karena itulah takdir, tidak ada satu orangpun yang dapat menduga sebelumnya pada ketentuannya ‘
Dan air mata Fatirpun mulai membuncah memeluk cium erat tangan pak Kiyai. “

“ Saya rasa kalian dapat mengambil pelajaran dari kisah Fatir tersebut “ ucap Guru kami mengakhiri.

“ TENG .. TENG .. “ bunyi bel berbunyi tepat setelah Guru mengakhiri pembicaraannya pertanda jam pelajaran telah berakhir dan dilanjutkan dengan pelajaran selanjutnya.

“ Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh “ Guru menyampaikan salamnya sambil berjalan keluar meninggalkan kelas.
Sementara kami masih dalam tatapan mata kosong dalam benak fikiran masing-masing .




Continue reading Hikmah 42

Belajar Bahasa Korea : Percakapan Sehari-hari

Kali ini, dalam bahasan entri terbaru kita, saya akan berbagi kosa kata dalam bahasa korea latin, semoga kosa katanya bermanfaat bagi kalian.
 
Sistem penulisan bahasa Korea yang asli — disebut Hangul — merupakan sistem yang silabik dan fonetik. Aksara-aksara Sino-Korea (Hanja) juga digunakan untuk menulis bahasa Korea. Walaupun kata-kata yang paling umum digunakan merupakan Hangul, lebih dari 70% kosakata bahasa Korea terdiri dari kata-kata yang dibentuk dari Hanja atau diambil dari bahasa Mandarin.

Huruf ini dikenalkan oleh Raja Sejong pada abad ke-15, dikenal sebagai Hunmin Jeongeum. Namun istilah Hangul baru dikenal pada permulaan abad ke-20. Setelah Hangeul digunakan pun, Hanja masih tetap dipakai, sedang Hangeul dipakai oleh orang-orang tidak berpendidikan, wanita dan anak-anak.

Namun pada perkembangannya, Hangeul makin banyak digunakan bahkan pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, penggunaan Hangeul dan Hanja seimbang. Namun kini, Hanja hanya dijumpai pada tulisan-tulisan akademik dan resmi, sedangkan hampir semua papan nama, jalan, petunjuk, bahkan tulisan-tulisan informal ditulis dalam Hangeul.

Bahasa Korea pada dasarnya memiliki dialek-dialek yang saling bertalian satu sama lain. Setiap wilayah dapat memahami dialek lainnya, kecuali dialek Pulau Jeju yang dianggap kurang bisa dimengerti dari dialek-dialek provinsi lainnya.

Percakapan Sehari-hari

Ucapan waktu makan ( 식사할 ) “siksa halttae”
 
 Saat kita makan di warung Korea atau di Dapur umum ( siktang ) biasanya ada ucapan-ucapan seperti ini :

-맛있게 드세요 ( masitge deuseyo ) ” selamat menikmati ” .

- 먹겠습니다 ( jal meokgessseumnida ) ” terima kasih “. diucapkan untuk menyampaikan terima kasih sebelum makan, yang arti sebenarnya ” saya akan makan dengan nikmat “. namun bila ucapannya setelah makan, maka menggunakan istilah : 잘먹었습니다 ( jalmeogeossseumnida ) arti yang terkandung sama, yaitu ” terima kasih ” .

-Ketika kita makan, lalu ada orang lain datang, ucapannya adalah ” 식사 하세요 ” ( siksa haseyo ) artinya silahkan makan, dan biasanya jawabannya adalah : 많이 드세요( manhi deuseyo ) ” makanlah dengan banyak “.

Saat memberi ucapan selamat ( 축하할 ) “chukha halttae”
 
Sebenarnya banyak ucapan selamat dalam bahasa Korea, ucapan itu semua menggunakan kata …..축하 드립니다 ( chukha deurimnida ) atau 축하 합니다 ( chukha hamnida ) ” Selamat….. ” misalnya “ 생일 축하 합니다 ( saengil chukha hamnida ) selamat ulang tahun . 결혼 축하드려요 ( gyeolhon chukha deuriyeoyo ) ” selamat menikah ” dan masih banyak yang lain seseuai dengan situasinya. Untuk yang mau lebaran, bisa juga diucapkan ” 단식 축제 축하 합니다 ( dansik chukje il chukha hamnida ) ” selamat hari lebaran “.

Mengucapkan terima kasih ( 감사할 ) “kamsa halttae”

Ucapan untuk menyampaikan rasa terima kasih adalah 감사합니다(gamsahamnida ) ” terima kasih ” bisa juga 고맙습니다( gomapseumnida ) atau bisa lebih informal 고마워요 ( gomawoyo ). Kalau dengan teman sendiri atau yang lebih sedikit usianya bisa 고마워 ( gomaweo ) atau cukup 고맙다 ( gomapda ) .

Ucapan meminta maaf ( 사과할 ) “sagwa halttae”

Sedangkan bila kita melakukan kesalahan atau merasa perlu untuk meminta maaf diucapkan -죄송합니다 ( joesonghamnida ) atau 미안합니다 ( mianhamnida ) , sedang informalnya bisa cukup 미안해 ( mianhae ) .Untuk menjawabnya digunakan kata 괜찬습니다 ( gwaenchanseumnida ) ” Tidak apa-apa ” atau cukup 괜찬아.. ( gwaenchana. ) untuk informalnya.

Ucapan saat tahun baru ( 새해 인사 ) “sehe insa”

-새해복 많이 바드세요 (saehaebok manhi badeuseyo) ” selamat tahun baru ” dari artinya ” semoga engkau mendapatkan banyak kebahagiaan ditahun baru “. ini biasa diucapkan waktu tahun baru 1 januari atau tahun baru imlek. Sedang orang yang lebih tua mengucapkan “ 새해복 많이 받아..( saehaebok manhi bada ) kepada yang lebih muda sebagai jawabnya.

Ucapan Akhir pekan ( 주말 인사 )”jumal insa”

Saat akhir pekan kita sering ingin menyampaikan ucapan dalam bahasa Korea, maka bisa disampaikan : 주말 지내세요( jumal jal jinaeseyo ) atau -좋은 주말 보내세요. ( joheun jumal bonaeseyo ) ” selamat akhir pekan”.

Ucapan ketika di Toko ( 가게에 있을 ) “kage e isselttae”

Ucapan ini biasa kita dengar kalau kita berbelanja di toko, maka penjualnya biasa mengucapkan 어서 오세요 ( eoseo oseyo ) ” selamat datang ” kemudian mengucapkan “ 도와 드릴까요 ( mwol dowa deurilkkayo ) ” apa yang bisa saya bantu ” . Kemudian kitamenyampaikan kebutuhan apa yang mau kita beli. Dan untuk menyampaikan terima kasih bisa disampaikan dengan -많이 파세요 ( manhi paseyo ) artinya sebenarnya “menjual lah yang banyak ” atau juga 수고하세요. (sugo haseyo ) maksudnya terima kasih dan selamat bekerja dengan baik.
Daftar kata :

Senang Bertemu Dengan Mu = Mannaseo bangapseummnida
Saya Orang Indonesia = Indonesia saramimnida
Saya Belajar Bahasa Korea = Naneun hangugeoreul baeumnida
Maafkan Aku = Mian he
Mian hamnida
Kalian Dari Mana ? = Neo euideureun eodieseo wanni ?
Boleh, Silahkan = Ne, doemnida
Bagus Sekali = nomu  joseumnida
Oke = Jeoseumnida
Tidak = Anio
Iya = Ye,Ne
Tidak Pernah = Gyeolko animnida
Aku Mengerti = Algesseoyo,Arayo
Aku Nggak Tau = Mollayo
Ya, Ada = Ne, isseoyo
Siapa Nama Mu ? = Ireumi mwoyeyo?
Nama Ku Aliah Farhana Sofyan = Jeo neun Aliah Farhana Sofyan imnida
Apakah Ini ? = Ige mwoyeyo?
Sangat Cantik = Cham yeppeoyo
Nggak Apa-Apa = Goenchanayo
Baik-Baik Saja, Terima Kasih= Jal jinaemnida, gamsahamnida
Maaf, Tidak Tahu = Minhamnida, jal moreugesseumnida
Aku Suka Nasi Goreng = Jeoneun nasi gorengeul joahamnida
Halo = (Ucapan pembuka di telefon)Yeoboseyo…
Penyanyi : Gasu
Keluarga : Gajok
Masuk Angin : Gamgi
Polisi : Gyeongchal
Kucing : Goyangi
Teman : Chin gu
Teman  akrab : chine hanen chin gu
Telefon Umum : Gongjungjeonhwa
Bandara : Gonghang
Kue : Gwaja
Sepatu : Gudu
Seratus : Baek
Rumah Sakit : Byeongwon
Pulpen : Bolpen
Roti : Ppang
Toko Buku : Seojeom
Restoran : Sikdang
Indah : Areumdappda
Bayi : Agi
Pagi : Achim
Surat Kabar : Sinmun
Majalah : Japji
Anak – Anak : Eorini
Rumah  : Jip
Kopi : Kheopi
Taksi : Taeksi
Televisi  : Tellebijeon
Pesta : Pati
Hotel : Hotel
Kantor : Hoesa
Sekolah : Hakgyo
SD : Chodeunghakgyo
SMP : Junghakgyo
SMA : Godeunghakgyo
Murid SMA : Godeunghaksaeng
Universitas : Daehagyo
Laki – Laki  : Namja
Perempuan : Yeoja
Adik Lk. : Namdongsaeng
Adik Pr. : Yeodongsaeng

NAMA BULAN 

Januari              : Ilwol 
Februari            : Iwol
 
Maret                : Samwol
 
April                 : Sawol
Mei                   : Owol
 
Juni                  : Yuwol
 
Juli                   : Chilwol
 
Agustus            : Palwol
September        : Guwol
Oktober            : Siwol
November         : Sipilwol
Desember         : sipiwol

Nama Hari
Senin                : Wolyoil
Selasa              : Hwayoil
Rabu                : Suyoil
Kamis               : Mokyoil
Jum’at              : Geumyoil
Sabtu               : Toyoil
Minggu                         : Ilyoil
 



 Bilangan 


1 : iL
2 : i
3 : Sam
4 : Sa
5 : O
6 : Yuk
7 : Chil
8 : Pal
9 : Gu
10 : Sip
11 : Sip-iL
12 : Sip-i
13 : Sip-Sam
14 : Sip-Sa
15 : Sip-O
16 : Sip-Yuk
17 : Sip-Chil
18 : Sip-Pal
19 : Sip-Gu
20 : i-Sip
21 : i-Sip-il
50 : O-Sip
55 : O-Sip-O
100 : Baek
1.000 : Cheon
10.000 : Man
100.000 :Sip-Man
1.000.000 : Baek-Man
10.000.000 : Cheon-Man
100.000.000 : Eok



Kata ganti orang dalam bahasa Korea terdiri dari tiga (3) bagian yaitu :

1. a. Kata ganti orang secara umum

a. Saya - ( ) - Jo neun
b. Aku - ( ) - Na neun
c. Anda - ( ) - Tangsin eun
d. Kamu - ( ) - No neun
e. Dia (lk) - ( ) - Keu neun
f. Dia (pr) - ( ) - Keu nyo neun
g. Beliau - ( ) - Keu bun eun
h. Orang itu - ( ) - keu saram eun
i. Meraka - ( ) - Keu ne deul ( r ) eun
- ( ) - Ye ne deul ( r ) eun
j. Kalian - ( ) - Ni deul ( r ) eun
k. Kami / kita - ( ) - Uri neun

b. Kata ganti orang dalam keluarga dan diluar keluarga :

- Didalam keluarga
a. Ayah / bapak - / / - Aboji / Abonim / Appa
b. Bunda / Ibu - / / - Omoni / Omonim / Omma
c. Kakek - - Haraboji
d. Nenek - - Harmoni
e. Paman - f. - Samchon
g. Bibi - - Imo
h. Anak - - A I
i. Anak ( lk ) - - Adeul
j. Anak ( pr ) - - Ttal
k. Bayi - - Agi
l. Kakak ( lk ) - - Hyong ( sebutan untuk Lk-lk )
m. Kakak ( lk ) - - Oppa ( Sebutan untuk Pr – Lk )
n. Kakak ( pr ) - - Nuna ( Sebutan untuk Lk – Pr )
o. Kakak ( pr ) - - Onni ( Sebutan untuk Pr – Pr )
p. Adik ( lk ) - - Nam Tongseng
q. Adik ( pr ) - - Yo Tongseng
r. Keponakan - - Cokha
s. Sepupu - t. - Sachon
u. Orang tua - - Pumo
v. Cucu - - Sonja
w. Suami istri - - Pubu
x. Suami - - Namphyon
y. Istri - - Ane

2. Kata Ganti orang di luar keluarga

Bapak - / - Ajosi / Abonim
Ibu - / - Ajuma / Ajumoni
Kakak (lk) / Mas - - Hyong nim ( Panggilan Lk-Lk )
Kakak (Pr) / Mba - - Nu nim ( Panggilan Lk-Pr)
Kakak (lk)/ Mas - - Oppa ( panggilan pr-lk )
Kakak (pr) / Mba - - Oni ( Panggilan Pr-Pr)
Tuan - …… - …… ssi
Nona - …… / - …… yang / ssi
Nyonya - …… -……. Miseu
Anak Muda (lk) - - Conggak
Anak Perawan - - Agassi
Anda / Saudara - - Jane
Kekasih / Pacar - - Ein
Teman - - Chinggu
o. Perempuan - - Yoja ( Pr )
p. Laki-laki - - Namja ( Lk )

3. Kata Ganti Orang berdasarkan jabatan :

Guru - - Sonsengnim
Murid - - Hakseng
Profesor - - Kyosu nim
Instruktur - - Kyosa nim
Tenaga ahli - - Kisulca
Ahli - - Kisanim
Sopir - - Unjon kisa
Direktur - - Sajangnim
Wakil Direktur - - Busajangnim
General manager - - kwajangnim
Kepala mandor - - bujang nim
Kepala karyawan - - panjang nim
Kepala pengadaan - - chajang nim
Kepal operasional - - kongjangjang nim
Staff kantor - - Deri nim
Sekretaris - - Kyong r(n)i
Karyawan - - Hwe sa won


Mulai detik ini nih,,, ayooo praktekin aja deh dalam kegiatan sehari hari kalian, mulailah dari yang sederhana ok,,, bisa karna terbiasa kok ^_^

Smangaaaaattttttttttt !!!!!

By > Aliah farhana sofyan
Continue reading Belajar Bahasa Korea : Percakapan Sehari-hari