Aliran
Jabariyah[1]
Robot-Robot
Tuhan[2]
Prolog
Bismillahirrohmanirrahim.
Puji serta Syukur semoga
senantiasa kita panjatkan kepada Allah Swt..
Shalawat dan Salam semoga tetap
tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw., para Sahabatnya, dan Pengikutnya. Mudah-mudahan kita menjadi
pengikutnya hingga akhir zaman.
Tuhan adalah pencipta
alam semesta, termasuk didalamnya manusia sendiri. Selanjutnya tuhan bersifat
maha kuasa dan mempunyai kehendak yang bersifat mutlak. Disini timbullah
pertanyaan sampai dimanakah manusia sebagai ciptaan tuhan, bergantung pada
kehendaknya dan kekuasaan mutlak tuhan dalam menentukan perjalanan hidupnya?
Diberi tuhankah manusia kemerdekaan dalam mengatur hidupnya? Ataukah manusia
terikat seluruhnya pada kehendak dan kekuasaan mutlak tuhan.
Definisi Jabariyah
Kata
"Jabariyah" berasal dari kata bahasa arab "Jabara" yang
artinya memaksa. Dan yang dimaksud adalah suatu aliran atau kelompok yang
berfaham bahwa semua perbuatan manusia bukan atas kehendak sendiri, namun
ditentukan oleh Allah Swt. Dalam arti bahwa setiap perbuatan manusia baik perbuatan buruk, jahat dan baik
semuanya telah ditentukan oleh Allah Swt. dan bukan atas kehendak atau adanya
campur tangan manusia.
Jabariah adalah pendapat yang tumbuh dalam masyarakat Islam yang melepaskan diri dari seluruh tanggungjawab. Maka Manusia itu disamakan dengan makluk lain yang sepi dan bebas dari tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, manusia itu diibaratkan benda mati yang hanya bergerak dan digerakkan oleh Allah Swt. sebagai Pencipta, sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya. Dalam soal ini manusia itu dianggap tidak lain melainkan bulu di udara dibawa angin menurut arah yang diinginkan-Nya. Maka manusia itu sunyi dan luput dari ikhtiar untuk memilih apa yang diinginkannya sendiri. Ini dapat diartikan pula bahwa manusia itu akhirnya tidak bersalah dan tidak berdosa, sebab ia hanya digerakkan oleh kekuatan atasan dimana ia tidak lain laksana robot yang mati, tidak berarti.
Jabariah adalah pendapat yang tumbuh dalam masyarakat Islam yang melepaskan diri dari seluruh tanggungjawab. Maka Manusia itu disamakan dengan makluk lain yang sepi dan bebas dari tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, manusia itu diibaratkan benda mati yang hanya bergerak dan digerakkan oleh Allah Swt. sebagai Pencipta, sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya. Dalam soal ini manusia itu dianggap tidak lain melainkan bulu di udara dibawa angin menurut arah yang diinginkan-Nya. Maka manusia itu sunyi dan luput dari ikhtiar untuk memilih apa yang diinginkannya sendiri. Ini dapat diartikan pula bahwa manusia itu akhirnya tidak bersalah dan tidak berdosa, sebab ia hanya digerakkan oleh kekuatan atasan dimana ia tidak lain laksana robot yang mati, tidak berarti.
Sejarah Aliran Jabariyah
Faham Jabariyah
ditonjolkan pertama kali dalam sejarah teologi islam oleh Al-Ja’d ibn Dirham
. tetapi yang menyiarkan nya adalah Jahm ibn Safwan[3] dari Kurasan . Jahm yang
terdapat dalam aliran Jabariyah ini sama dengan Jahm yang mendirikan golongan
al-Jahmiah dalam kalangan murji’an sebagai sekretaris dari Syuraih ibn Al-Haris,
ia turut dalam pergerakan melawan kekuasaan bani Umayyah . dalam perlawanan itu
Jahm sendiri dapat ditangkap dan kemudian dihukum mati, ditahun 131 H. aliran
ini juga di sebut aliran Jahmiyah
Pendapat Jabariah
diterapkan di masa kerajaan Ummayyade (660-750 M). Yakni di masa keadaan
keamanan sudah pulih dengan tercapainya perjanjian antara Muawiyah dengan Hasan
bin Ali bin Abu Thalib, yang tidak mampu lagi menghadapi kekuatan Muawiyah.
Maka Muawiyah mencari jalan untuk memperkuat kedudukannya. Di sini ia bermain
politik yang licik. Ia ingin memasukkan di dalam pikiran rakyat jelata bahwa
pengangkatannya sebagai kepala negara dan memimpin ummat Islam adalah
berdasarkan "Qadha dan Qadar/ketentuan dan keputusan Allah Swt.semata"
dan tidak ada unsur manusia yang terlibat di dalamnya.
Disebut Jahmiyah
karena mereka mewarisi dari paham penolakan mereka yang meniadakan sifat-sifat
Allah Swt., Al-Quran itu Makhluk, dan pengingkatan mereka mengenai kemungkinan
melihat Allah Swt. dengan mata kepala di hari kiamat.
Masyarakat arab sebelum islam kelihatannya dipengaruhi aleh faham Jabariyah ini. Bangsa arab, yang pada waktu itu bersifat serba sederhana dan jauh dari pengetahuan, terpaksa menyesuaikan hidup mereka dengan suasana padang pasir, dengan panasnya terik matahari serta tanah dan gununnya yang gundul. Dalam dunia yang demikian , mereka tidak banyak melihat jalan untuk merubah keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Mereka merasa dirinya lemah dan tak berkuasa dalam menghadapi kesukaran –kesukaran hidup yang ditimbulkan oleh suasana padang pasir. Dalam kehidupan sehari- harinya mereka bergantung pada kehendak nature. Hal ini membawa mereka pada sifat /sikap fatalistis.
Af'al Al-'Ibad
Kaum Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan didalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam faham ini terikat pada kehendak mutlak tuhan . jadi nama Jabariyah berasal berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Memang dalam aliran ini terdapat faham bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa . dalam istilah inggrisnya faham ini disebut fatalism atau predestination. perbuatan-perbuatan manusia telah di tentukan dari semula oleh kada dan kadar tuhan.
Dan juga kaum Jabariyah berpendapat bahwa seorang hamba tidak mempunyai kekuasaan didalam perbuatannya dan juga manusia tidak bisa berusaha untuk merubah perubahan tersebut. Segala daya dan upaya manusia tidak bisa merubah qadha dan qadar milik Allah Swt. Baik itu perbuatan yang bersifat primer maupun perbuatan yang bersifat ikhtiari.
Kaum Jabariyah mengandaikan manusia seperti sebuah kapas yang tergantung oleh sebuah udara di sekitarnya, yang kapanpun juga bisa terbang kemana saja dan mudah diombang ambingkan. Dari pernyataan sekilas diatas penulis menyimpulkan bahwa manusia tak ubahnya seperti robot atau benda mati lainnya, yang ada hanya perbedaan bentuk saja, bukan perbedaan substansinya.
Faham yang dibawa Jahm adalah lawan ekstrim dari faham yang dianjurkan Ma'bad dan Ghailan. Manusia menurut Jahm, tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa; manusia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan; manusia dalam perbuatan-perbuatannya adalah dipaksa dengan tidak ada kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya.
هو مجبور في افعا له لا قدرة له ولا ارادة ولا اختيا ر
Perbuatan-perbuatan
diciptakan tuhan didalam diri manusia. Tak obahnya dengan gerak yang diciptakan
tuhan dalam benda-benda mati. Oleh karena itu manusia dikatakan
"berbuat" bukan dalam arti sebenarnya, tetapi dalam arti majazi atau
kiasan; tak obahnya sebagaimana disebut, air mengalir, batu bergerak, matahari
terbit dan sebagainya. Segala perbuatan manusia merupakan perbuatan yang
dipaksakan atas dirinya termasuk di dalamya perbuatan-perbuatannya, seperti
mengerjakan kewajiban, menerima pahala dan menerima siksaan[4].
Menurut faham ekstrim ini, segala perbuatan manusia tidak merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Kalau seorang mencuri umpamanya, maka perbuatan mencuri itu bukanlah terjadi atas kehendaknya sendiri, tetapi timbul karena kada dan kadar tuhan yang menghendaki demikian itu. Dengan kata kasarnya, ia mencuri bukan atas kehendaknya, tetapi tuhanlah yang memaksa dia mencuri. Manusia dalam faham ini, hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang. Sebagaimana wayang bergerak yang hanya bergerak jika di gerakkan oleh dalangnya. Demikian pula manusia bergerak dan berbuat karena digerakkan tuhan. Tanpa gerak dari tuhan manusia tidak bisa apa-apa.
Kalau faham Fatalisme yang dibawa Jahm seperti diuraikan diatas merupakan Fatalisme dalam bentuk ekstrim, Al- Syahrastani menyebutkan faham Jabariyah lain yang bersifat moderat. Faham itu dibawa oleh al-husain ibn muhammad an-najjar. Menurut annajjar , tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan yang jahat maupun prbuatan yang baik, tetapi manusia mempunyai bahagian dalam perwujudan perbuatan-perbuatan itu. Tenaganya diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dan inilah yang dimaksud dengan Kasb atau Acquistion[5]. Faham yang sama diberikan oleh dirar Ibnu 'Amr ketika ia katakan bahwa perbuatan-perbuatan manusia pada hakekatnya diciptakan tuhan, dan di peroleh(acquired, iktasaba) pada hakikatnya oleh manusia[6].
Dalam faham yang dibawa Al-najjar dan Dirar manusia tidak lagi hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang. Manusia telah mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatan-perbuatannya, bagian yang efektif dan bukan bagian yang tidak efektif. Menurut faham ini tuhan dan manusia bekerjasama dalam mewujudkan perbuatan manusia. Manusia tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan perbuatan-perbuatannya.
Faham Kasb Al-Najjar dan Dirrar merupakan penengah antara faham Qadariyah yang dibawa Ma'bad serta Ghailan dan faham Jabariyah yang dibawa Jahm.
Adapun
ayat-ayat yang membawa kepada Jabariyah atau dijadikan dalil, seperti:
ذ لكم الله ربكم
لا اله الا هو خا لق كل شيئ[7]
“Itullah
Allah Swt, tuhan kami, tidak ada tuhan selain dia, pencipta segala sesuatu”
Di
ayat lain Allah Swt. Berfirman:
ما كانويؤمنواالا ان يشاء الله
" Mereka sebenarnya tidak
akan percaya, kecuali jika Allah Swt. menghendaki".
والله خلقكم وما
تعملون
" Allah Swt. Mencitpakan
kamu dan apa yang kamu perbuat".
وما اصا ب من
مصيبة في الارض ولا في انفسكم الا في كتاب من قبل
ان نبراها
" Tidak ada bencana yang
menimpa bumi dan diri kami, kecuali telah ditentukan didalam buku sebelum kami
wujudkan.
Tanggapan:
Ayat
diatas secara zhohir menunjukkan bahwa manusia mengerjakan segala perbuatannya
secara terpaksa. Akan tetapi di ayat lain seperti dihalaman selanjutnya,
mengatakan bahwa manusia turut andil dalam usaha memperoleh sebuah perbuatan
yang diinginkannya. Hal ini tidak menunjukkan bahwa antara ayat yang satu
dengan ayat lainnya bertentangan, akan tetapi ini menunjukkan keistemawaan Al-Qur'an
yang ayatnya saling menjelaskan dan melengkapi. Didalam Al-Qur'an terdapat ayat
yang khosh dan 'am. Ayat yang dijadikan dalil kaum Jabariyah
adalah ayat 'am, yang perlu dijelaskan dengan ayat khosh, tetapi
kaum Jabariyah menelan mentah-mentah ayat tersebut tanpa dipadukan dengan ayat
yang khosh.dan kaum Jabariyah mengambil ayat diatas secara Tekstual
tanpa dikaji lagi. Hal ini menunjukkan bahwa kaum Jabariyah adalah ajaran yang
bathil.
Adapun
dalil logika yang bisa dijadikan dalil oleh kaum Jabariyah yaitu:
1)
Bahwa Allah Swt. Maha
mengetahui dan maha berkehendak atas segala perbuatan manusia, segala yang
diketahui dan dikehendaki Allah Swt. semuanya harus terkait dengan
qudratnya,dan perbuatan manusia semuanya terkait dengan qudratnya Allah swt.
Maka disinilah ada keterkaitan, bahwa segala perbuatan manusia itu berpangkal
dari qudratnya Allah Swt, oleh karena itu Allah Swt.lah yang menciptakan semua
perbuatan manusia, dan manusia hanya menjalankannya tanpa daya dan upaya,[8] dalam bahasa kasarnya
manusia seperti robot-robot tuhan.
Tanggapan:
a).Dalil diatas menunjukkan
bahwa, Allah Swt. lah yang mengetahui semua perbuatan manusia dan kejadiannya,
tanpa upaya manusia untuk beriktiar. Hal ini menunjukkan bahwa manusia terpaksa
didalam melaksanakan semua perbuatannya. Hal tersebut terdapat ketidak
selarasan antara kata Al-'Ilmu Al-Qadim dengan Al-Jabar. Karena manusia telah
diizinkan mengetahui beberapa hal yang diizinkan oleh Allah Swt. Itupun atas
kehendak Allah Swt. Dan ketentuannya, maka dari sini dapat diambil kesimpulan
bahwa tidak ada paksaan didalam perbuatan manusia dan yang dimaksud 'Ilmu Azali
yaitu sesuatu yang terkait dari upaya manusia didalam mengerjakan semua
ketentuan Allah Swt..
b).'Ilmu Illahi bukanlah sebuah
sifat yang otoritas didalam menciptakan semua perbuatan manusia, akan tetapi ia
adalah sebuah ilmu inkasyaf, artinya Allah Swt. Hanya menciptakan semua
perbuatan, baik yang buruk maupun yang baik. Dan manusialah yang menentukan dan
berusaha didalam perbuatan yang ia inginkan.
2). Allah Swt. adalah pencipta
seluruh makhluknya termasuk manusia, tidak ada yang dapat menandinginya dan
menyerupainya, maka wajib bagi Allah Swt. Untuk menciptakan semua perbuatan
makhluknya tanpa terkecuali, dan juga tidak boleh adanya pencipta selainAllah Swt..[9]
Tanggapan:
Allah
Swt. Berfirman:
كا نوالا يتناهون عن منكر فعلوه لبئس ما كانوا يفعلون
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia ikut andil didalam semua perbuatannya. Dan perbuatan manusia terjadi setelah manusia itu sendiri yang memilihnya.
Bantahan atas jabariyah
Perkataan kaum Jabariyah yang mengatakan bahwa manusia tidak ada kemerdekaan didalam mengerjakan semua perbuatannya dan tidak ada daya dan upaya dalam mengerjakan atau meninggalkannya, maka pernyataan tersebut salah. Alasannya karena dengan pernyataan tersebut secara tidak langsung, manusia disamakan dengan benda mati yang tidak mempunyai daya upaya sama sekali. Dari sini kita sudah dapat menarik kesimpulan bahwa pernyataan tersebut salah, manusia diciptakan dengan segala keterikatan dengan penciptanya berbeda dengan benda-benda mati, seperti manusia mempunyai kewajiban atau keharusan yang harus dijalankan ketika ia sudah baligh. Dan juga manusia terkait dengan hukum-hukum Allah Swt., seperti pahala, dosa, dan lain sebagainya.
Bantahan-bantahan
Jabariyah delam berbagai perspektif:
1).
Bantahan dalam perspektif Al-Qur'an
جزاءا بما كا نوا يعملون[10]
“Sebagai balasan atas apa yang mereka
kerjakan”
لم تقولون مالا تفعلون[11]
“Mengapa
kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan”
ان الذ ين امنوا وعملوا الصالحات كا نت لهم جنات الفردوس
نزلا[12]
“Sungguh
orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan untuk mereka disediakan Surga Firdaus
sebagai tempat tinggal”
2). Bantahan dalam perspektif substansi
akal dan nalar
Ketika
pernyataan kaum Jabariyah kita benturkan dengan akal kita, sudah jelas bahwa
pernyataan itu salah. Hal ini bisa dianalogikan antara seorang yang sehat dan
seorang yang sakit. Seorang yang sehat bisa berbuat semaunya, dengan usaha yang
dimilikinya, seperti berjalan, makan,dan lain sebagainya. Adapun orang yang
sakit, ketika ia mau jalan, ia harus berusaha sekuat tenaga bahkan dia tidak
bisa berdiri. Hal ini menunjukkan bahwa manusia ikut andil dalam perbuatannya,
dengan arti bahwa manusialah yang memilih perbuatan mana saja yang ia ingin
kerjakan.
3).
Bantahan dalam Perspektif Bahasa
Mujabbir
dalam bahasa yaitu terjadinya sebuah perbuatan yang tidak diinginkan sama
sekali dan juga bukan tujuan dari pelakunya. Maka dari definisi diatas kita
dapat menarik kesimpulan bahwa mazhab Jabariyah adalah mazhab bathil. Karena
dari bergeraknya, usahanya, tujuannya sipelaku, Itu menunjukkan bahwa perbuatan
tersebut bukan perbuataan yang dipaksa, justru perbuatan itu disebut perbuatan
ikhtiari.[13]
Kesimpulan
1).kaum
Jabariyah adalah kaum yang berbeda atau
dalam kasarnya kaum yang sesat. Karena kaum Jabariyah adalah kaum yang
mengatakan bahwa semua perbuatan telah ditentukan oleh Allah Swt. Manusia tidak
ada daya upaya didalam perbuatannya, baik yang bersifat buruk atau baik.
Seperti yang diceritakan oleh Syekh 'Abdullah bin Umar didalam ceritanya bahwa
ada sekelompok yang selalu mabuk, mecuri, membunuh. Ketika ia ditanya oleh 'Abdullah
bin Umar, kaum itu beralasan bahwa bukan ia yang menginginkan perbuatan
tersebut akan tetapi tuhanlah yang menggerakkan mereka didalam mengerjakannya.
2).perkataan
kaum Jabariyah tentang persamaan manusia dengan benda mati adalah salah. Karena
jika manusia seperti benda mati, segala hukum yang terkait dengan hukum dan
perundang-undangan islam batal. Hal ini terjadi lantaran manusia tidak
mempunyai kesanggupan didalam melakukan perbuatannya sendiri.
3).
Salah satu hikmah penciptaan manusia adalah untuk berusaha didalam kebaikan.
Sebagaimana firman Allah Swt.:
الذ ي خلق الموت والحياة ليبلوكم ابكم احسن عملا
Ru'yatullah
Secara garis besar aliran jabariyah sepakat dengan
aliran mu’tazilah didalam menafikan melihat allah swt.bagaimanapun keadaannya
dan kapanpun juga. Akan tetapi jabariyah berpendapat bahwa seorang hamba bisa
melihat atau mengetahui Allah Swt. dengan indera keenam yaitu hati. Karena
hanya dengan hati seorang hamba bisa melihat substansinya tuhan. Atau dalam tasawwuf disebut ilmu Ma’rifat.
karena kalaulah Allah Swt. Bisa dilihat dengan mata dzahir maka Allah Swt. sama
dengan makhluk lainnya yang bisa dilihat dengan mata dzahir.
Aliran Jabariyah berpendapat bahwa Allah Swt. Tidak
bisa dilihat dengan mata yang dzhahir,dimanapun, kapanpun.seperti didunia, alam
mimpi maupun diakhirat. Karena jika Allah Swt. Dapat dilihat dengan mata kepala
,berarti Allah Swt. Ada disuatu tempat, atau Allah Swt seperti manusia. Dan itu
semua mustahil bagi Allah Swt., Adapun semua yang mustahil itu menunjukkan
sesuatu yang mustahil pula.
Dalil-dalil kaum Jabariyah
1).Dalil Naqli
a). Al-Qur’an
لا تدرك الا بصار وهو يدرك الا بصاروهو اللطيف الخبير[14]
“Dia tidak dapat dicapai dengan penglihatan mata,
sedang dia dapat melihat segala penglihatan itu dan dialah yang maha halus lagi
maha teliti”
رب ارني انظر اليك قال لن تراني [15]
“ Ya tuhanku, tampakkanlah dirimu kepadaku agar aku
dapat melihat engkau. Allah Swt. berfirman: engkau tidak akan sanggup melihatku.”
b). Dalil Aqli
- Kalaulah Allah Swt. bisa dilihat dengan mata kepala,
maka allah Swt. seperti manusia atau Allah Swt. berdiam di suatu tempat. Hal
yang demikian itu musahil, dan sesuatu yang menunjukkan mustahil maka mustahil.
Epilog
Setelah kita bahas dan ulas masalah Af’alul Ibad
dan Ru’yatullah dalam perspektif aliran Jabariyah,
dengan makalah sederhana ini. Penulis merasa bahwa tidak akan cukup dengan
tulisan dikertas yang terbatas ini mencakup semuanya. Mungkin kita akan
membutuhkan beratus-ratus lembar untuk menjelaskan secara detail dan
terperinci. Banyak sekali buku yang menjelaskan tentang Af’alul Ibad dan Ru’yatullah
dalam Perspektif aliran Jabariyah, sudah menjadi kewajiban kita untuk terus
menelaah dan membacanya dengan suatu harapan kita dapat memecahkan persoalan yang berada disekitar kita dengan ajaran yang sesuai dengan hati dan kebenaran islam.
Mungkin
tulisan ini bukanlah sebagai patokan yang harus kita ikuti begitu saja, karena
mungkin apa yang ada di makalah ini
banyak sekali kesalahan dan kekhilafan yang mestinya itu tidak
dipaparkan.
Sebagai
ummat islam kita patut bersyukur dengan segala kenikmatan yang telah Allah Swt.
Berikan kepada kita, yang mana kesyukuran dan kenikmatan itu tidak akan
ditemukan dalam agama lainnya selain islam. Semoga dengan ini kita dapat lebih
meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah Swt..
Wallahu 'alam bi shawab.
Daftar pustaka
-
Al-qur’an dan terjemahnya, dar
al-sunnah
-
Duktur Abdurrahman Abdullah As Syaikh,Al Qadho Wal
Qodar Fi Fajri Al-Islam Wa Dhahahu Al-Qur'an Ats-Tsalatsatu Al-Ula,Al-Himmah
Al-Mishriyyah Al-'Ammah Lil Kitab 1998 M
-
Harun Nasution , Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Presscetakan,cet:
Ke5 , 1986
-
Ma’bad ‘Ali Faragli, min ‘Aqaid At-Tauhid, ,Dar At-Thoba’ah
Al-Mahmudiyah, cet I, 2000 M.
-
Syekh Abu Mansur Abdul Qahar bin Thahir bin Muhammad Al-Baghdadi,Al
-Farqu bayna Al -Firaq, dar At-Thala’i, 2005 M.
-
DasukiThaha Habiysyi, Al-Janib Al-Ilahi fi Fikri Al-ImamAl-Ghazali,
Al-Azhar Press, 2008 M.
-
Syekh Abi Al-Hasan ‘Ali bin Ismail Al-Asy’ari, Al-
Ibanah, dar An-Nafais, cet: 1,1994 M.
-
Syekh Syarastani, Milal wa Nihal.
-
Imam Baijuri, Tuhfah Al-Murid‘ala Jauharah At-Tauhid, dar
As-Salam, cet: IV, 2oo8 M.
Kajian Pemikiran
Departemen
Intelektual IKPMA
Ahad, 11 April 2010
2
. Mahasiswa Al-Azhar
jurusan Syariah Islamiyah.
0 komentar:
Post a Comment