Wednesday, February 27, 2013

,

Israiliyyat dalam Kitab Tafsir


Oleh: Faizah Ahmad Fudholi[1]


1.      Prolog

Islam adalah agama penyempurna dari agama-agama samawi sebelumnya yang dibawa oleh Penutup Para Nabi Muhammad SAW.dengan berpegang pada kitab suci al-Qur’an yang merupakan satu-satunya kitab samawi yang Allah janjikan keutuhan dan keotentikan kebenarannya hingga akhir zaman. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi
 إِنَّا نحنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَ إِنَّا له لحَافِظُوْنَ.

Allah telah menurunkan empat kitab samawi serta banyak  mushaf kepada Nabi dan Rasul-Nya. Yang kesemuanya memiliki beberapa kesamaan dalam pembahasannya. Namun seiring berjalannya waktu, kitab-kitab terdahulu telah banyak berubah disebabkan tangan-tangan pemegangnya yang tidak bertanggung jawab dan  kepentingan pribadi yang penuh syahwat duniawi. Karena itu, hanya satu kitab samawi yang masih terjaga keutuhannya hingga saat ini, yaitu kitab suci al-Qur’an al-Karim.

Sebagai sumber utama syariat islam, al-Qur’an mendapat perhatian penting oleh penganutnya. Semua penganutnyapun ingin hidup seutuhnya berdasarkan tuntunan yang tremaktub di dalamnya.Namun, bahasa Tuhan yang begitu agung sulit dipahami seutuhnya oleh hamba-Nya yang terlalu jauh dari sempurna.Karenanya dibutuhkan pentafsir atau penjelas untuk mempermudah memahaminya dan mengaplikasikan hukum-hukum yang ada di dalamnya. Baik berupa penjelasan yang dijabarkan oleh Rasulullah SAW ataupun kalam sahabat dan alim ulama yang ‘amiq ilmu pengetahuannya.

Maka muncullah sebuah alat pembantu untuk memahaminya yang bernama Tafsir al-Qur’an. Tafsir ini merupakan alat pembantu yang sangat membantu muslim awam untuk memahami kitab sucinya dengan baik.

Dibalik keistimewaan ilmu tafsir yang dapat mempermudah manusia untuk memahami al-Qur’an dengan baik dan benar, terdapat beberapa hal yang juga dapat menjerumuskan pembaca dan peminatnya pada kesalahan yang jauh menyimpang dari syari’at.Hal ini disebabkan karena banyaknya riwayat-riwayat israiliyyat yang masuk ke dalam tafsir al-Qur’an.

Terkontaminasinya tafsir al-Qur’an dengan riwayat israiliyyat mempunyai beberapa faktor dan juga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap keimanan seseorang. Karenanya kita harus mengetahui dan harus bisa membedakan agar kita tidak salah dalam memahami kitab suci al-Qur’an yang merupakan sumber utama syariat islam.

2.      Definisi Tafsir dan Israiliyyat

a.      Definisi Tafsir

Menurut bahasa Tafsir adalah isim masdar dari فسَّر-يفسِّر dari asal kata فسر yang artinya jelas dan terungkap.

Sedangkan menurut istilah ,Tafsir adalah sebuah ilmu yang membahas tentang turunnya ayat-ayat beserta surat dan kisah-kisahnya, isyarat-isyarat turunnya, hukum-hukum serta ayat-ayat mutasyabih-nya, nasikh dan mansukh-nya, khusus dan umumnya, mutlaq dan muqayyad-nya, global dan perincinya[2].

b.      Definisi Israiliyyat

Israiliyyat adalah isim jama’ dari إسرائيلية yang dinisbatkan kepada Bani Israil. Israil adalah Ya’qub As. Makna dari Israil adalah عبد الله (hamba Allah)[3].

Bani Israil adalah sebutan untuk anak-anak  Nabi Ya’qub As. dan keturunan-keturunan setelahnya sampai pada masa Nabi Musa As. dan Nabi-nabi yang datang sesudahnya bahkan sampai pada masa Nabi Isa As. dan Nabi Muhammad SAW.

Adapun Bani Israil dikenal dengan sebutan Yahudi pada masa Nabi Ya’qub As. sampai pada masa Nabi Musa As. Sedangkan  Bani Israil yang beriman dengan Nabi Isa As. dikenal dengan sebutan Nasrani. Adapun mereka yang beriman dengan  Penutup Para Nabi Muhammad SAW., dikenal dengan sebutan muslim ahli kitab.

Kitab samawiyah Bani Israil yang terkenal adalah Taurat, Zabur dan Asfar al-Anbiya.Disamping kitab Taurat yang tertulis, terdapat juga Talmud yaitu Taurat Syafahiyah(lisan). Yang berisi kumpulan kaidah, wasiyat, dan syari’at agama, seni dan madaniyah, tafsir, pengetahuan dan lain sebagainya yang disampaikan secara lisan.




3.      Macam-macam Tafsir dan Sumber-sumber Tafsir

-          Tafsir terbagi menjadi dua, yaitu:

1). التفسيربالمأثور yaitu tafsir yang bersumber pada dalil naqli seperti Al-Qur’an dan hadis Nabi.

2). التفسيربالرأي .Tafsir pada jenis ini terbagi dua, yaitu bi ar-ra’yi as-sadid (baik) dan bi ar-ra’yi al-madzmum (buruk).

Kedua jenis tafsir di atas masing-masing mempunyai kelebihan dan kekuarangan.Dan keduanyapun mempunyai potensi untuk mengadopsi riwayat israiliyyat kedalamnya. Tetapi disini saya tidak akan membahas panjang lebar tentang masalah ini.

-          Sumber-sumbertafsir pada masa sahabat terbagi menjadi empat:

1). القرآن الكريم
2).النبي صلى الله عليه و سلم
3).الإجتهاد و قوة الإستنباط
4).أهل الكتاب من اليهود و النصارى

4.      Israiliyyat dalam Kitab Tafsir

a.      Sebab masuknya Israiliyyat dalam  tafsir Al-Qur’an

Israiliyyat dalam kitab tafsir adalah sebuah berita yang diambil dari Bani Israil (Yahudi atau Nasrani)[4]. Tetapi kalimat israiliyyat lebih banyak disandarkan kepada Yahudi dibanding Nasrani, karena banyaknya khabar (berita) yang diambil dari mereka, banyaknya jumlah penganutnya pada masa awal islam dan banyak bermu’amalah dengan kaum muslimin sehingga banyak diantara mereka yang masuk kedalam agama islam.

Kaum Yahudi dan Nasrani masing-masing keduanya mempunya tsaqafah diniyyah.Yaitu sebuah kebudayaan atau pendidkan agama yang menjadi pegangan dalam kehidupan mereka.Dan tsaqafah inilah yang pada akhirnya masuk ke dalam kitab-kitab tafsir Al-Qur’an.

Adapun tsaqafah diniyyah umat Yahudi adalah Taurat. Sebagaimana firman Allah dalam kitab-Nya:
إِ نّا أَنْزَلْنَا التوراةَََ فِيْهَا هُدًى وَ نُوْرٌ (المائدة:44)

Artinya: “Sungguh, Kami menurunkan Kitab Taurat; di dalamnya ada petunjuk dan cahaya”. (QS. Al-Maidah:44).

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa  selain Taurat Tertulis, umat Yahudi juga memiliki Taurat Syafahiyah (lisan) yang berisi tentang sunah-sunah, nasehat, penjelasan-penjelasan dan lain sebagainya yang diambil dari Nabi Musa As. melalui jalur lisan bukan tulisan. Yang pada akhir zaman dibukukan dan dikenal dengan istilah Talmud.

Dalam kitab Talmud, tidak hanya berisi tentang sunah-sunah yang disampaikan oleh Nabi Musa As. tetapi juga dimasukkan didalamnya kesenianYahudi, cerita-cerita, sejarah, syariat dan dongeng-dongeng.

Sedangkan Tsaqafah diniyyah Nasrani adalah Injil.  Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran bahwa Injil termasuk salah satu kutub samawiyah yang Allah turunkan kepada Rasul-rasul-Nya:
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلى آثَارِهِمْ برسُلِنَا وَ قَفَّيْنَا بِعِيسى ابنِ مَرْيَمَ وَ آتَيْنَاهُ الإِنْجِيْلَ ( الحديد: 27)

Artinya: “Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan pula ‘Isa putra Maryam; dan Kami berikan Injil kepadanya”. (QS. Al-Hadid:27).

Sebagaimana kita ketahui , bahwa dalam kitab Injil telah terjadi banyak perubahan berupa penambahan berita, cerita, pendidikan dan lain sebagainya yang mereka anggap semuanya adalah dari Nabi Isa As. Dan kitab inilah yang menjadi sumber tsaqafah bagi umat Nasrani.

Masuknya isroiliyyat dalam kitab-kitab tafsir tidaklah terjadi tanpa sebab. Karena sebagaimana kita ketahui dan kita teliti sebelumnya, di dalam kitab Taurat dan Injil terdapat banyak hal yang sama dengan al-Qur’an. Khususnya masalah yang berhubungan dengan kisah-kisah para Nabi. Namun persamaan tersebut dibedakan dengan mujmal  (global)dan tafshil (terperinci).

Di dalam al-Qur’an kita dapati kisah-kisah para Nabi secara mujmal, tidak disebutkan di dalamnya permasalahannya secara perinci, tidak disebutkan tanggal kejadiannya, nama pelakunya dan begitu pula dengan nama-nama tempat kejadiannya. Berbeda dengan Taurat dan Injil yang menuliskan semunya dengan terperinci.

Salah satu contohnya adalah kisah Nabi Adam As.. Di dalam Al-Qur’an meskipun kisah ini disebutkan di banyak surat, tetapi semuanya tidak menyebutkannya secara perinci nama syurga yang ditempati Nabi Adam As. beserta Siti Hawa, tidak disebutkan nama pohon yang dilarang untuk dimakan buahnya oleh Nabi adam dan Siti Hawa, serta tidak disebutkan nama binatang yang merupakan jelmaan syaitan untuk merayu Hawa.

Sedangkan di dalam Turat, kisah ini disebutkan dengan sangat detail dan terperinci. Bahwa syurga yang ditempati Nabi Adam dan Siti Hawa adalah syurga ‘Adn, posisi pohon yang dilarang untuk didekati ada di tengah-tengah syurga, pohon tersebut adalah pohon kehidupan yang mengetahui kebaikan dan keburukan dan binatang yang merupakan jelmaan syaitan adalah ular.

Dari sini dapat dikatakan bahwa awal masuk israiliyyat dalam tafsir adalah pada masa sahabat.Sebagaimana kita ketahui sebelumnya bahwa ada kesamaan dalam beberapa hal antara Al-Qur’an dengan Taurat dan Injil. Dengan perbedaan Al-Qur’an mendatangkannya secara ringkas, sedangkan Taurat dan Injil mendatangkannya secara detail.

Maka para sahabat, ketika mereka tidak menemukan penjelasan secara mendetail tentang satu perkara di dalam Al-Qur’an mereka cenderung untuk mencari tahu dan bertanya. Yang pada akhirnya mereka bertanya pada ahli kitab yang telah memeluk islam dan masih berpegang teguh dengan tsaqafah diniyyah mereka sebelumnya. Maka dari situlah masuk israiliyyat ke dalam tafsir al-Qur’an.

Selain itu, ada beberapa hal yang menyebabkan terkontaminasinya tafsir al-Qur’an dengan israiliyyat dan lain sebagainya yang dapat merusak kwalitas tafsir. Yaitu:

1). Kalimat atau kisah-kisah yang dibawa oleh orang-orang Zindiq, Yahudi, Romawi dan lain sebagainya kedalam riwayat islamiyah.

2). Kepentingan politik dan fanatisme pada mazhab atau golongan.

3). Al-Qusshos (para pendongeng) yang datang ke masjid-masjid untuk menyampaikan cerita, kisah-kisah targib dan tarhib dan lain sebagainya. Yang kebanyakan cerita tersebut adalah buatan.

4). Segolongan Zuhhad (orang yang mengutamakan kehidupan ukhrowi) dan mutashawwifah (para sufi) yang beranggapan bahwa boleh menciptakan hadis palsu, kisah-kisah targib dan tarhib untuk menambah semangat dalam beribadah.

5). Khabar (berita) yang didapat dari ahli kitab yang masuk islam. Seperti Ka’ab al-Ahbar, Abdullah bin Salam dan lain sebagainya yang kebanyakan mereka membawa berita-berita bohong dan khurafat yang ada dalam Taurat dan syarah-nya.

6). Berita-berita yang mengatas-namakan sahabat dan tabi’in dengan tanpa mendatangkan sanad.

b.      Pengaruh israiliyyat dalam tafsir al-Qur’an dan usaha para mufassiruntuk menanggulanginya

Tafsir al-Qur’an adalah sebuah ilmu yang menjadi rujukan utama seorang muslim untuk lebih memahami sumber dan pokok agamanya yaitu al-Qur’an al-Karim. Karena tidak semua orang  mempunyai kemampuan untuk memahami al-Qur’an dengan sendirinya setiap kata dan kalimat yang ada didalamnya, terutama bagi orang yang awam. Karena itu tafsir al-Qur’an mempunyai peranan yang sangat besar.Namun,ilmu tersebut akan menjadi sesuatu yang tidak berharga lagi ketika terkontaminasi dengan hal yang merusak keabsahan dan kebenarannya.

Karena itu dibutuhkan sebuah standar keotentikan yang dapat menjadikannya terpercaya untuk dijadikan sebagai ilmu yang mendukung untuk memahami dan mengetahui hukum-hukum yang terkadung dalam al-Qur’an.

Para ulama yang berkecimpung dalam ilmu tersebutpun telah memberikan syarat standarisasi diterima atau tidaknya, bagus atau buruknya ilmu tafsir.Salah satu diantara yang melemahkan keotentikan tafsir adalah dengan masuknya riwayat israiliyyat ke dalam ilmu tersebut.Dan riwayat tersebut memberikan pengaruh yang buruk dalam tafsir.Karena di dalamnya terdapat berita-berita yang tidak benar termasuk juga kisah-kisah bohong tak bertuan.

Riwayat israiliyyat mempunyai  tingkatan dalam keotentikan beritanya. Tidak semua israiliyyat adalah bohong dan tidak bisa majadi hujjah. Sebagaimana hadis Nabi:
بَلِّغُوا عنّي ولو آيةً وحَدَّثُوا عن بني اسرائيلَ و لَاحَرَجَ وَ مَنْ كَذَبَ عليَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ من النارِ [5]
Artinya: “Sampaikanlah olehmu apa yang kau dapati dariku meski hanya satu ayat. Dan sampaikanlah berita dari Bani Israil dan tidak berdosa.Dan barang siapa yang berdusta atas namaku, maka tempat kembalinya adalah neraka”. (HR. Imam Bukhari).

Tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:

1). Berita yang diketahui sama dan sesuai dengan hadis Nabi SAW., seperti nama sahabat Nabi Musa As. yaitu Khadir.

2). Berita yang diketahui adalah berita bohong dan bertentangan dengan syariat islam.

3). Berita yang didiamkan. Yaitu berita yang tidak dibenarkan dan tidak juga didustakan. Sebagaimana hadis Nabi SAW:

قال النبي صلى الله عليه و سلّم : لاَ تُصَدِّقُوْا أهلَ الكتابَ ولاتُكَذّبُوْهُمْ , و قُوْلُوْا آمَنَّا بالله و مَا أُنْزِلَ إلينا... الآية[6].
Artinya: Nabi SAW besabda: “Janganlah kalian membenarkan ucapan ahli kitab dan jangan pula kalian mendustakannya. Dan katakanlah: ( kami  beriman kepada Allah dan kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada kami)”.

Adapun langkah yang diambil oleh para mufassir untuk menanggulangi masuknya israiliyyat ke dalam tafsir Al-Qur’an adalah dengan cara:

1). Menghadirkan rasa sadar terhadap diri untuk terus meneliti dan kemudian membersihkan tafsir dari berbagai riwayat israiliyyat. Serta tidak mengambil riwayat dari ahli kitab.

2). Tidak mendatangkan riwayat israiliyyat kecuali jika diberi penjelasan.

3). Riwayat israiliyyat yang diperbolehkan atau sesuai dengan syariat islam, hanya digunakan sebagai istisyhad (kesaksian), bukan sebagai hujjah untuk akidah dan lain sebagainya.
c.        Nilai sebuah kitab tafsir yang terkandung di dalamnya israiliyyat

Begitu banyak riwayat israiliyyat yang tersebar dalam masyarakat muslim pada masa sahabat dan seterusnya, menyebabkan tidak ada satu kitab tafsir pun yang bebas dari riwayat israiliyyat.

Namun meski demikian, tidak berarti bahwa kitab tafsir tersebut tidak bisa dijadikan rujukan dan alat pembantu untuk memahami dan mentafsirkan Al-Qur’an.Karena para mufassir dan ulama yang alim dalam bidang ini, setiap mereka mempunyai metode masing-masing dalam meriwayatkan dan membukukan tafsir yang mereka karang serta mempunyai sikap terhadap riwayat israiliyyat yang beliau tuangkan dalam kitabnya.Sehingga kitab-kitab tafsir tersebutpun mempunyai tingkatan kebagusan dan keabsahannya.Sebagaimana berikut.

1). Kitab Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an karangan Ibnu Jarir at-Thabari.

Adalah kitab tafsir yang  banyak memuat riwayat israiliyyat didalamnya. Karena beliau banyak meriwayatkan dari Ka’ab bin al-ahbar,Abdullah bin Sallam dan lain sebagainya. Namun demikian, kitab tafsir beliau adalah kitab tafsir yang menjadi rujukan utama bagi seorang muslim bahkan bagi para mufassir. Karena meski di dalamnya memuat riwayat israiliyyat, beliau menuliskannya beserta dengan sanadnya.Sehingga setiap pembaca bisa mengetahui sumber riwayat tersebut.

2). Tafsir al-Qur’an al-Karim karangan Ibnu Katsir.

Adalah kitab tafsir yang banyak di dalamnya memuat riwayat israiliyyat, dengan  mendatangkan penjelasan mengenai riwayat tersebut, apakah diterima, ditolak atau didiamkan.

3).Tafsir Fath al-Qadir karangan Imam as-Syaukani.

Adalah kitab tafsir yang sedikit memuat israiliyyat di dalamnya.Dan memberikan penjelasan terhadap riwayat tersebut.Karena beliau adalah orang yang paling keras menentang israiliyyat.

Dan masih banyak lagi kitab tafsir lainnya yang masingmasing pengarangnya mempunyai sikap subjektif terhadap israiliyyat yang ada dalam kitab tafsirnya selain sikap yang sudah disepakati oleh jumhur ulama.



d.      Contoh israiliyyat dalam tafsir al-Qur’an

Salah satu riwayat israiliyyat yang ada dalam kitab tafsir adalah kisah Nabi Yusuf As. ketika bermimpi melihat sebelas bintang. Sebagaimana yang tertulis dalam firman Allah yang berbunyi:

إذْ قَالَ يُوْسفُ لِأبِيْهِ يا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا والشَمْسَ والقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِيْنَ (يوسف:4)

Artinya: “(Ingatlah), Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai Ayahku!Sungguh aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; ku lihat semuanya bersujud kepadaku”. (QS. Yusuf:4).

Dalam kitab tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an, Imam at-Thabari menyebutkan riwayat dari Jabir bin Abdullah ra, beliau berkata: Datang kepada Rasulullah SAW. seorang tukang kebun Yahudi, dan berkata: Ya Muhammad, beritakanlah kepadaku tentang bintang-bintang yang dimimpikan oleh Yusuf As.yang  bersujud kepadanya, apa nama-nama bintang tersebut? Rasulullah SAW terdiam dan tidak menjawabnya.Hingga turun malaikat Jibril memberitahukan nama-nama bintang tersebut. Kemudian Rasulullah SAW pergi menuju tukang kebun tersebut dan berkata: Apakah kamu percaya jika aku beritahukan nama-nama bintang tersebut? Tukang kebun tersebut menjawab: Ya. Kemudian Rasulullah berkata: Bintang-bintang tersebut adalahJurban, Thariq, al-Dzayyal, Dzul-Kanfan, Qabis, Watstsab,’Amudan, Filaq, Mushbah, Sharuh,Dzul-Fara’, Dhia dan Nur. Maka berkata Yahudi tersebut: Demi Allah iu adalah nama-namanya[7].

Riwayat di atas adalah riwayat israiliyyat berdasarkan beberapa hal di bawah ini:

1). Hadis di atas hanya terdapat di dalam kitab Mustadrak Imam al-Hakim. Dan tidak ada ulama selainnya yang membenarkan hadis di atas.

2). Sangat jelas sekali bahwa riwayat yang disandarkan pada Nabi SAW di atas adalah sebuah kebohongan. Karena Nabi Yusuf As. bermimpi melihat bintang dalam bentuk aslinya, bukan dengan nama-nama.Dan tidak ada hubungannya antara mimpi Nabi Yusuf dengan nama-nama yang ada dalam hadis di atas.

3). Sebelas nama bintang yang ada di atas berbeda dengan nama-nama yang ada dalam kitab tafsir lainnya. Seperti dalam tafsir al-Thabari di sebutkan Jurban, sedangkan dalam Tafsir al-Dar al-Mantsur karangan Imam Suyuthi di sebutkan Hurtsan, dan lain sebagainya.

4). Salah satu perawi dalam sanad hadis tersebut adalah al-Hakam bin Dzahir. Ia adalah perawi dhaif bahkan dikatakan seorang munkar al-Hadis.

5). Bahwa menurut riwayat yang shahih, sebelas bintang dalam ayat di atas adalah saudara-saudara Yusuf dan yang dimaksud dengan الشمس والقمرadalah kedua orang tuanya.

5.      Epilog

Yahudi dan Nasrani serta golongan-golongan lain yang benci dan dengki pada islam tidak akan pernah habis mengusik islam dari berbagai segi. Bahkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.Salah satu bukti yang konkrit adalah dengan masuknya israiliyyat dalam tafsir al-Qur’an. Yang merupan ilmu alat pembantu seorang muslim untuk memahami kitab sucinya dengan baik dan benar.

Namun para mufassir dan alim ulama pun tidak tinggal diam atas perkara ini. Banyak diantara mereka yang men-tahqiq dan menjelaskan riwayat-riwayat israiliyyat yang masuk ke dalam kitab-kitab tafsir. Agar umat islam selamat dari tipu daya golongan-golongan yang membenci islam. Dan al-Qur’an serta pemahamannya tetap terjaga hingga kini sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.semoga Allah selalu melimpahkan keberkahan kepada para mufassir dan ulama yang telah berjuang untuk memperthankan kesahihan riwayat yang disampaikan oleh Rasulullah dan membersihkannya dari berbagai kebohongan orang-orang Zindik.















Daftar Pustaka

Al-Qur’an dan Terjemahnya

Abu Syahibah, Dr. Muhammad bin Muhammad, Al-Israiliyyat wa Al-Maudu’at fi Kutub At-Tafsir, (Kairo:Maktabah Al-Sunnah, cet. II, 2006)

Al-Bukhari, Al-Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, (Beirut:Dar Al-Ma’rifat, cet. III, 2010)

Al-Dzahabi, Dr. Muhammad Husain, Al-Tafsir wa Al-Mufassirun, (Kairo: Dar Al-Hadis, jilid. I, 2012)

Allauh, Abd Al-Salam Hamdan dan Sami Mahmud Ahmad, Al-Mutasyabihat wa Khathru Tafsiriha bi Al-Israiliyyat, (PDF)

Al-Najjar, Dr. Affaf Ali, Al-Wajiz fi Manahij Al-Mufassirin, (Kairo:Jami’at Al-Azhar, cet. IV, 2008)

Al-Suyuthi, Al-Imam Jalal Al-Din Abd Al-Rahman, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, (Kairo:Dar Al-Hadis,2006)

Al-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami al-Bayan ‘an Ta’wil Aayi Al-Qur’an Tafsir Al-Thabari, (Kairo: Dar Al-Hadis, jilid. VI, 2010)

Al-Zarkasih, Al-Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah, Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Kairo:Dar Al-Hadis, 2006)

Majmu’ah min Al-Ulama, Al-Jami’ fi Ushul At-Tafsir wa Manahij Al-Mufassirin, (Giza: Dar Al-Arqam, jilid. I, 2010)

Zuhd, ‘Ishom Al-Abd, Al-Israiliyyat  fi Tafsir Ibn Jarir Al-Thabari li Surat Yusuf ‘Ard wa Naqd, (PDF)





           Kajian Fikih Tradisional
          Departemen Intelektual IKPMA
Rabu, 13 Februari 2013



[1] Mahasiswi Tingkat Akhir Fak. Ushuluddin-Hadis, Universitas al-Azhar, Kairo
[2]Al-Imam Badr Al-Din Muhammad bin Abdullah Al-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum Al-Quran, Dar Al-Hadis, Kairo, 2006, hal. 22.
[3]Dr. Muhammad bin Muhammad Abu Syahibah, Al-isroiliyyat wa al-Maudu’at fi Kutub at-Tafsir, Maktabah Al-Sunnah, Kairo, cet. II, 2006, hal. 13
[4]Majmu’ah min Al-Ulama, Al-Jami’ fi Ushul at-Tafsir wa Manahij al-Mufassirin, Dar Al-Qalam, Giza, jilid. I, 2010, hal.238
[5]Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Dar Al-Hadis, Beirut, cet III, 2010, hal. 888. No hadis:3461
[6]Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Dar Al-Hadis, Beirut, cet III, 2010, hal.1112.No hadis:4485
[7]Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Al-Thabari, Tafsir Al-Thabari, Dar Al-Hadis, Kairo,Jilid VI, 2010, hal .511-512

0 komentar:

Post a Comment