1.
Prolog
Islam adalah agama penyempurna dari
agama-agama samawi sebelumnya yang dibawa oleh Penutup Para Nabi Muhammad
SAW.dengan berpegang pada kitab suci al-Qur’an yang merupakan satu-satunya kitab
samawi yang Allah janjikan keutuhan dan keotentikan kebenarannya hingga akhir
zaman. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi
إِنَّا نحنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَ إِنَّا له لحَافِظُوْنَ.
Allah telah
menurunkan empat kitab samawi serta banyak
mushaf kepada Nabi dan Rasul-Nya. Yang kesemuanya memiliki beberapa
kesamaan dalam pembahasannya. Namun seiring berjalannya waktu, kitab-kitab
terdahulu telah banyak berubah disebabkan tangan-tangan pemegangnya yang tidak
bertanggung jawab dan kepentingan
pribadi yang penuh syahwat duniawi. Karena itu, hanya satu kitab samawi yang
masih terjaga keutuhannya hingga saat ini, yaitu kitab suci al-Qur’an al-Karim.
Sebagai
sumber utama syariat islam, al-Qur’an mendapat perhatian penting oleh
penganutnya. Semua penganutnyapun ingin hidup seutuhnya berdasarkan tuntunan
yang tremaktub di dalamnya.Namun, bahasa Tuhan yang begitu agung sulit dipahami
seutuhnya oleh hamba-Nya yang terlalu jauh dari sempurna.Karenanya dibutuhkan
pentafsir atau penjelas untuk mempermudah memahaminya dan mengaplikasikan
hukum-hukum yang ada di dalamnya. Baik berupa penjelasan yang dijabarkan oleh
Rasulullah SAW ataupun kalam sahabat dan alim ulama yang ‘amiq ilmu
pengetahuannya.
Maka
muncullah sebuah alat pembantu untuk memahaminya yang bernama Tafsir al-Qur’an.
Tafsir ini merupakan alat pembantu yang sangat membantu muslim awam untuk
memahami kitab sucinya dengan baik.
Dibalik
keistimewaan ilmu tafsir yang dapat mempermudah manusia untuk memahami
al-Qur’an dengan baik dan benar, terdapat beberapa hal yang juga dapat
menjerumuskan pembaca dan peminatnya pada kesalahan yang jauh menyimpang dari
syari’at.Hal ini disebabkan karena banyaknya riwayat-riwayat israiliyyat yang
masuk ke dalam tafsir al-Qur’an.
Terkontaminasinya
tafsir al-Qur’an dengan riwayat israiliyyat mempunyai beberapa faktor dan juga
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap keimanan seseorang. Karenanya
kita harus mengetahui dan harus bisa membedakan agar kita tidak salah dalam
memahami kitab suci al-Qur’an yang merupakan sumber utama syariat islam.
2. Definisi
Tafsir dan Israiliyyat
a.
Definisi Tafsir
Menurut
bahasa Tafsir adalah isim masdar dari فسَّر-يفسِّر dari asal kata فسر yang artinya jelas dan
terungkap.
Sedangkan menurut istilah ,Tafsir adalah sebuah ilmu
yang membahas tentang turunnya ayat-ayat beserta surat dan kisah-kisahnya,
isyarat-isyarat turunnya, hukum-hukum serta ayat-ayat mutasyabih-nya, nasikh
dan mansukh-nya, khusus dan umumnya, mutlaq dan muqayyad-nya,
global dan perincinya[2].
b. Definisi Israiliyyat
Israiliyyat adalah isim jama’ dari إسرائيلية yang dinisbatkan kepada Bani
Israil. Israil adalah Ya’qub As. Makna dari Israil adalah عبد الله (hamba Allah)[3].
Bani Israil adalah sebutan untuk anak-anak Nabi Ya’qub As. dan keturunan-keturunan
setelahnya sampai pada masa Nabi Musa As. dan Nabi-nabi yang datang sesudahnya
bahkan sampai pada masa Nabi Isa As. dan Nabi Muhammad SAW.
Adapun Bani Israil dikenal dengan sebutan Yahudi pada
masa Nabi Ya’qub As. sampai pada masa Nabi Musa As. Sedangkan Bani Israil yang beriman dengan Nabi Isa As.
dikenal dengan sebutan Nasrani. Adapun mereka yang beriman dengan Penutup Para Nabi Muhammad SAW., dikenal dengan
sebutan muslim ahli kitab.
Kitab samawiyah Bani Israil yang terkenal adalah
Taurat, Zabur dan Asfar al-Anbiya.Disamping kitab Taurat yang tertulis,
terdapat juga Talmud yaitu Taurat Syafahiyah(lisan). Yang berisi
kumpulan kaidah, wasiyat, dan syari’at agama, seni dan madaniyah, tafsir,
pengetahuan dan lain sebagainya yang disampaikan secara lisan.
3.
Macam-macam
Tafsir dan Sumber-sumber Tafsir
-
Tafsir terbagi menjadi dua,
yaitu:
1). التفسيربالمأثور yaitu tafsir yang bersumber pada dalil naqli
seperti Al-Qur’an dan hadis Nabi.
2). التفسيربالرأي .Tafsir pada jenis ini terbagi dua, yaitu bi ar-ra’yi
as-sadid (baik) dan bi ar-ra’yi al-madzmum (buruk).
Kedua jenis
tafsir di atas masing-masing mempunyai kelebihan dan kekuarangan.Dan
keduanyapun mempunyai potensi untuk mengadopsi riwayat israiliyyat kedalamnya.
Tetapi disini saya tidak akan membahas panjang lebar tentang masalah ini.
-
Sumber-sumbertafsir pada masa
sahabat terbagi menjadi empat:
1). القرآن الكريم
2).النبي صلى الله عليه و سلم
3).الإجتهاد و قوة
الإستنباط
4).أهل الكتاب من اليهود و
النصارى
4.
Israiliyyat
dalam Kitab Tafsir
a. Sebab masuknya Israiliyyat dalam tafsir Al-Qur’an
Israiliyyat dalam kitab tafsir adalah sebuah berita
yang diambil dari Bani Israil (Yahudi atau Nasrani)[4]. Tetapi kalimat
israiliyyat lebih banyak disandarkan kepada Yahudi dibanding Nasrani, karena
banyaknya khabar (berita) yang diambil dari mereka, banyaknya jumlah
penganutnya pada masa awal islam dan banyak bermu’amalah dengan kaum muslimin
sehingga banyak diantara mereka yang masuk kedalam agama islam.
Kaum Yahudi dan Nasrani masing-masing keduanya
mempunya tsaqafah diniyyah.Yaitu sebuah kebudayaan atau pendidkan agama
yang menjadi pegangan dalam kehidupan mereka.Dan tsaqafah inilah yang
pada akhirnya masuk ke dalam kitab-kitab tafsir Al-Qur’an.
Adapun tsaqafah diniyyah umat Yahudi adalah
Taurat. Sebagaimana firman Allah dalam kitab-Nya:
إِ نّا أَنْزَلْنَا
التوراةَََ فِيْهَا هُدًى وَ نُوْرٌ (المائدة:44)
Artinya: “Sungguh, Kami menurunkan Kitab Taurat; di
dalamnya ada petunjuk dan cahaya”. (QS. Al-Maidah:44).
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa selain Taurat Tertulis, umat Yahudi juga
memiliki Taurat Syafahiyah (lisan) yang berisi tentang sunah-sunah, nasehat,
penjelasan-penjelasan dan lain sebagainya yang diambil dari Nabi Musa As.
melalui jalur lisan bukan tulisan. Yang pada akhir zaman dibukukan dan dikenal
dengan istilah Talmud.
Dalam kitab Talmud, tidak hanya berisi tentang
sunah-sunah yang disampaikan oleh Nabi Musa As. tetapi juga dimasukkan
didalamnya kesenianYahudi, cerita-cerita, sejarah, syariat dan dongeng-dongeng.
Sedangkan Tsaqafah diniyyah Nasrani adalah
Injil. Sebagaimana yang disebutkan dalam
Al-Quran bahwa Injil termasuk salah satu kutub samawiyah yang Allah turunkan
kepada Rasul-rasul-Nya:
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلى
آثَارِهِمْ برسُلِنَا وَ قَفَّيْنَا بِعِيسى ابنِ مَرْيَمَ وَ آتَيْنَاهُ
الإِنْجِيْلَ ( الحديد: 27)
Artinya: “Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami
mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan pula ‘Isa putra Maryam; dan Kami
berikan Injil kepadanya”. (QS. Al-Hadid:27).
Sebagaimana kita ketahui , bahwa dalam kitab Injil
telah terjadi banyak perubahan berupa penambahan berita, cerita, pendidikan dan
lain sebagainya yang mereka anggap semuanya adalah dari Nabi Isa As. Dan kitab
inilah yang menjadi sumber tsaqafah bagi umat Nasrani.
Masuknya isroiliyyat dalam kitab-kitab tafsir tidaklah
terjadi tanpa sebab. Karena sebagaimana kita ketahui dan kita teliti
sebelumnya, di dalam kitab Taurat dan Injil terdapat banyak hal yang sama
dengan al-Qur’an. Khususnya masalah yang berhubungan dengan kisah-kisah para
Nabi. Namun persamaan tersebut dibedakan dengan mujmal (global)dan tafshil (terperinci).
Di dalam al-Qur’an kita dapati kisah-kisah para Nabi
secara mujmal, tidak disebutkan di dalamnya permasalahannya secara
perinci, tidak disebutkan tanggal kejadiannya, nama pelakunya dan begitu pula
dengan nama-nama tempat kejadiannya. Berbeda dengan Taurat dan Injil yang
menuliskan semunya dengan terperinci.
Salah satu contohnya adalah kisah Nabi Adam As.. Di dalam
Al-Qur’an meskipun kisah ini disebutkan di banyak surat, tetapi semuanya tidak
menyebutkannya secara perinci nama syurga yang ditempati Nabi Adam As. beserta
Siti Hawa, tidak disebutkan nama pohon yang dilarang untuk dimakan buahnya oleh
Nabi adam dan Siti Hawa, serta tidak disebutkan nama binatang yang merupakan
jelmaan syaitan untuk merayu Hawa.
Sedangkan di dalam Turat, kisah ini disebutkan dengan
sangat detail dan terperinci. Bahwa syurga yang ditempati Nabi Adam dan Siti
Hawa adalah syurga ‘Adn, posisi pohon yang dilarang untuk didekati ada di
tengah-tengah syurga, pohon tersebut adalah pohon kehidupan yang mengetahui
kebaikan dan keburukan dan binatang yang merupakan jelmaan syaitan adalah ular.
Dari sini dapat dikatakan bahwa awal masuk israiliyyat
dalam tafsir adalah pada masa sahabat.Sebagaimana kita ketahui sebelumnya bahwa
ada kesamaan dalam beberapa hal antara Al-Qur’an dengan Taurat dan Injil.
Dengan perbedaan Al-Qur’an mendatangkannya secara ringkas, sedangkan Taurat dan
Injil mendatangkannya secara detail.
Maka para sahabat, ketika mereka tidak menemukan
penjelasan secara mendetail tentang satu perkara di dalam Al-Qur’an mereka
cenderung untuk mencari tahu dan bertanya. Yang pada akhirnya mereka bertanya
pada ahli kitab yang telah memeluk islam dan masih berpegang teguh dengan tsaqafah
diniyyah mereka sebelumnya. Maka dari situlah masuk israiliyyat ke dalam
tafsir al-Qur’an.
Selain itu, ada beberapa hal yang menyebabkan
terkontaminasinya tafsir al-Qur’an dengan israiliyyat dan lain sebagainya yang
dapat merusak kwalitas tafsir. Yaitu:
1). Kalimat atau kisah-kisah yang dibawa oleh orang-orang
Zindiq, Yahudi, Romawi dan lain sebagainya kedalam riwayat islamiyah.
2). Kepentingan politik dan fanatisme pada mazhab atau
golongan.
3). Al-Qusshos (para pendongeng) yang datang ke
masjid-masjid untuk menyampaikan cerita, kisah-kisah targib dan tarhib
dan lain sebagainya. Yang kebanyakan cerita tersebut adalah buatan.
4). Segolongan Zuhhad (orang yang mengutamakan
kehidupan ukhrowi) dan mutashawwifah (para sufi) yang beranggapan bahwa
boleh menciptakan hadis palsu, kisah-kisah targib dan tarhib
untuk menambah semangat dalam beribadah.
5). Khabar (berita) yang didapat dari ahli
kitab yang masuk islam. Seperti Ka’ab al-Ahbar, Abdullah bin Salam dan lain
sebagainya yang kebanyakan mereka membawa berita-berita bohong dan khurafat
yang ada dalam Taurat dan syarah-nya.
6). Berita-berita yang mengatas-namakan sahabat dan
tabi’in dengan tanpa mendatangkan sanad.
b. Pengaruh israiliyyat dalam tafsir al-Qur’an dan usaha para mufassiruntuk
menanggulanginya
Tafsir al-Qur’an adalah sebuah ilmu yang menjadi
rujukan utama seorang muslim untuk lebih memahami sumber dan pokok agamanya
yaitu al-Qur’an al-Karim. Karena tidak semua orang mempunyai kemampuan untuk memahami al-Qur’an
dengan sendirinya setiap kata dan kalimat yang ada didalamnya, terutama bagi
orang yang awam. Karena itu tafsir al-Qur’an mempunyai peranan yang sangat
besar.Namun,ilmu tersebut akan menjadi sesuatu yang tidak berharga lagi ketika
terkontaminasi dengan hal yang merusak keabsahan dan kebenarannya.
Karena itu dibutuhkan
sebuah standar keotentikan yang dapat menjadikannya terpercaya untuk dijadikan
sebagai ilmu yang mendukung untuk memahami dan mengetahui hukum-hukum yang
terkadung dalam al-Qur’an.
Para ulama
yang berkecimpung dalam ilmu tersebutpun telah memberikan syarat standarisasi
diterima atau tidaknya, bagus atau buruknya ilmu tafsir.Salah satu diantara
yang melemahkan keotentikan tafsir adalah dengan masuknya riwayat israiliyyat
ke dalam ilmu tersebut.Dan riwayat tersebut memberikan pengaruh yang buruk
dalam tafsir.Karena di dalamnya terdapat berita-berita yang tidak benar
termasuk juga kisah-kisah bohong tak bertuan.
Riwayat
israiliyyat mempunyai tingkatan dalam
keotentikan beritanya. Tidak semua israiliyyat adalah bohong dan tidak bisa
majadi hujjah. Sebagaimana hadis Nabi:
بَلِّغُوا عنّي ولو آيةً وحَدَّثُوا عن بني اسرائيلَ و لَاحَرَجَ وَ مَنْ
كَذَبَ عليَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ من النارِ [5]
Artinya: “Sampaikanlah
olehmu apa yang kau dapati dariku meski hanya satu ayat. Dan sampaikanlah
berita dari Bani Israil dan tidak berdosa.Dan barang siapa yang berdusta atas
namaku, maka tempat kembalinya adalah neraka”. (HR. Imam Bukhari).
Tingkatan
tersebut adalah sebagai berikut:
1). Berita
yang diketahui sama dan sesuai dengan hadis Nabi SAW., seperti nama sahabat
Nabi Musa As. yaitu Khadir.
2). Berita
yang diketahui adalah berita bohong dan bertentangan dengan syariat islam.
3). Berita
yang didiamkan. Yaitu berita yang tidak dibenarkan dan tidak juga didustakan.
Sebagaimana hadis Nabi SAW:
قال النبي صلى الله عليه و سلّم : لاَ تُصَدِّقُوْا أهلَ الكتابَ ولاتُكَذّبُوْهُمْ , و قُوْلُوْا آمَنَّا بالله و مَا أُنْزِلَ إلينا... الآية[6].
Artinya:
Nabi SAW besabda: “Janganlah kalian membenarkan ucapan ahli kitab dan jangan
pula kalian mendustakannya. Dan katakanlah: ( kami beriman kepada Allah dan kepada kitab-kitab
yang diturunkan kepada kami)”.
Adapun langkah
yang diambil oleh para mufassir untuk menanggulangi masuknya israiliyyat
ke dalam tafsir Al-Qur’an adalah dengan cara:
1).
Menghadirkan rasa sadar terhadap diri untuk terus meneliti dan kemudian
membersihkan tafsir dari berbagai riwayat israiliyyat. Serta tidak mengambil
riwayat dari ahli kitab.
2). Tidak mendatangkan
riwayat israiliyyat kecuali jika diberi penjelasan.
3). Riwayat
israiliyyat yang diperbolehkan atau sesuai dengan syariat islam, hanya
digunakan sebagai istisyhad (kesaksian), bukan sebagai hujjah untuk
akidah dan lain sebagainya.
c. Nilai sebuah kitab tafsir yang
terkandung di dalamnya israiliyyat
Begitu banyak
riwayat israiliyyat yang tersebar dalam masyarakat muslim pada masa sahabat dan
seterusnya, menyebabkan tidak ada satu kitab tafsir pun yang bebas dari riwayat
israiliyyat.
Namun meski
demikian, tidak berarti bahwa kitab tafsir tersebut tidak bisa dijadikan
rujukan dan alat pembantu untuk memahami dan mentafsirkan Al-Qur’an.Karena para
mufassir dan ulama yang alim dalam bidang ini, setiap mereka mempunyai
metode masing-masing dalam meriwayatkan dan membukukan tafsir yang mereka karang
serta mempunyai sikap terhadap riwayat israiliyyat yang beliau tuangkan dalam
kitabnya.Sehingga kitab-kitab tafsir tersebutpun mempunyai tingkatan kebagusan
dan keabsahannya.Sebagaimana berikut.
1). Kitab Jami’
al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an karangan Ibnu Jarir at-Thabari.
Adalah kitab
tafsir yang banyak memuat riwayat
israiliyyat didalamnya. Karena beliau banyak meriwayatkan dari Ka’ab bin
al-ahbar,Abdullah bin Sallam dan lain sebagainya. Namun demikian, kitab tafsir
beliau adalah kitab tafsir yang menjadi rujukan utama bagi seorang muslim
bahkan bagi para mufassir. Karena meski di dalamnya memuat riwayat
israiliyyat, beliau menuliskannya beserta dengan sanadnya.Sehingga setiap
pembaca bisa mengetahui sumber riwayat tersebut.
2). Tafsir
al-Qur’an al-Karim karangan Ibnu Katsir.
Adalah kitab
tafsir yang banyak di dalamnya memuat riwayat israiliyyat, dengan mendatangkan penjelasan mengenai riwayat
tersebut, apakah diterima, ditolak atau didiamkan.
3).Tafsir
Fath al-Qadir karangan Imam as-Syaukani.
Adalah kitab
tafsir yang sedikit memuat israiliyyat di dalamnya.Dan memberikan penjelasan
terhadap riwayat tersebut.Karena beliau adalah orang yang paling keras menentang
israiliyyat.
Dan masih
banyak lagi kitab tafsir lainnya yang masingmasing pengarangnya mempunyai sikap
subjektif terhadap israiliyyat yang ada dalam kitab tafsirnya selain sikap yang
sudah disepakati oleh jumhur ulama.
d. Contoh israiliyyat dalam tafsir al-Qur’an
Salah satu riwayat israiliyyat yang ada dalam kitab
tafsir adalah kisah Nabi Yusuf As. ketika bermimpi melihat sebelas bintang.
Sebagaimana yang tertulis dalam firman Allah yang berbunyi:
إذْ قَالَ يُوْسفُ
لِأبِيْهِ يا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا والشَمْسَ والقَمَرَ
رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِيْنَ (يوسف:4)
Artinya: “(Ingatlah), Ketika Yusuf berkata kepada
ayahnya, “Wahai Ayahku!Sungguh aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari
dan bulan; ku lihat semuanya bersujud kepadaku”. (QS. Yusuf:4).
Dalam kitab tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsir
al-Qur’an, Imam at-Thabari menyebutkan riwayat dari Jabir bin Abdullah ra,
beliau berkata: Datang kepada Rasulullah SAW. seorang tukang kebun Yahudi, dan
berkata: Ya Muhammad, beritakanlah kepadaku tentang bintang-bintang yang
dimimpikan oleh Yusuf As.yang bersujud
kepadanya, apa nama-nama bintang tersebut? Rasulullah SAW terdiam dan tidak
menjawabnya.Hingga turun malaikat Jibril memberitahukan nama-nama bintang
tersebut. Kemudian Rasulullah SAW pergi menuju tukang kebun tersebut dan
berkata: Apakah kamu percaya jika aku beritahukan nama-nama bintang tersebut?
Tukang kebun tersebut menjawab: Ya. Kemudian Rasulullah berkata:
Bintang-bintang tersebut adalahJurban, Thariq, al-Dzayyal, Dzul-Kanfan,
Qabis, Watstsab,’Amudan, Filaq, Mushbah, Sharuh,Dzul-Fara’, Dhia dan Nur.
Maka berkata Yahudi tersebut: Demi Allah iu adalah nama-namanya[7].
Riwayat di atas adalah riwayat israiliyyat berdasarkan
beberapa hal di bawah ini:
1). Hadis di atas hanya terdapat di dalam kitab Mustadrak
Imam al-Hakim. Dan tidak ada ulama selainnya yang membenarkan hadis di atas.
2). Sangat jelas sekali bahwa riwayat yang disandarkan
pada Nabi SAW di atas adalah sebuah kebohongan. Karena Nabi Yusuf As. bermimpi
melihat bintang dalam bentuk aslinya, bukan dengan nama-nama.Dan tidak ada
hubungannya antara mimpi Nabi Yusuf dengan nama-nama yang ada dalam hadis di
atas.
3). Sebelas nama bintang yang ada di atas berbeda
dengan nama-nama yang ada dalam kitab tafsir lainnya. Seperti dalam tafsir
al-Thabari di sebutkan Jurban, sedangkan dalam Tafsir al-Dar
al-Mantsur karangan Imam Suyuthi di sebutkan Hurtsan, dan lain
sebagainya.
4). Salah satu perawi dalam sanad hadis tersebut
adalah al-Hakam bin Dzahir. Ia adalah perawi dhaif bahkan dikatakan seorang munkar
al-Hadis.
5). Bahwa menurut riwayat yang shahih, sebelas bintang
dalam ayat di atas adalah saudara-saudara Yusuf dan yang dimaksud dengan الشمس والقمرadalah kedua orang tuanya.
5.
Epilog
Yahudi dan
Nasrani serta golongan-golongan lain yang benci dan dengki pada islam tidak
akan pernah habis mengusik islam dari berbagai segi. Bahkan sejak zaman Nabi
Muhammad SAW dan para sahabat.Salah satu bukti yang konkrit adalah dengan
masuknya israiliyyat dalam tafsir al-Qur’an. Yang merupan ilmu alat pembantu
seorang muslim untuk memahami kitab sucinya dengan baik dan benar.
Namun para mufassir
dan alim ulama pun tidak tinggal diam atas perkara ini. Banyak diantara
mereka yang men-tahqiq dan menjelaskan riwayat-riwayat israiliyyat yang
masuk ke dalam kitab-kitab tafsir. Agar umat islam selamat dari tipu daya
golongan-golongan yang membenci islam. Dan al-Qur’an serta pemahamannya tetap
terjaga hingga kini sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.semoga
Allah selalu melimpahkan keberkahan kepada para mufassir dan ulama yang
telah berjuang untuk memperthankan kesahihan riwayat yang disampaikan oleh
Rasulullah dan membersihkannya dari berbagai kebohongan orang-orang Zindik.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an
dan Terjemahnya
Abu
Syahibah, Dr. Muhammad bin Muhammad, Al-Israiliyyat wa Al-Maudu’at fi Kutub
At-Tafsir, (Kairo:Maktabah Al-Sunnah, cet. II, 2006)
Al-Bukhari,
Al-Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, (Beirut:Dar Al-Ma’rifat,
cet. III, 2010)
Al-Dzahabi,
Dr. Muhammad Husain, Al-Tafsir wa Al-Mufassirun, (Kairo: Dar Al-Hadis,
jilid. I, 2012)
Allauh, Abd
Al-Salam Hamdan dan Sami Mahmud Ahmad, Al-Mutasyabihat wa Khathru Tafsiriha
bi Al-Israiliyyat, (PDF)
Al-Najjar,
Dr. Affaf Ali, Al-Wajiz fi Manahij Al-Mufassirin, (Kairo:Jami’at
Al-Azhar, cet. IV, 2008)
Al-Suyuthi,
Al-Imam Jalal Al-Din Abd Al-Rahman, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an,
(Kairo:Dar Al-Hadis,2006)
Al-Thabari,
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami al-Bayan ‘an Ta’wil Aayi Al-Qur’an
Tafsir Al-Thabari, (Kairo: Dar Al-Hadis, jilid. VI, 2010)
Al-Zarkasih,
Al-Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah, Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an,
(Kairo:Dar Al-Hadis, 2006)
Majmu’ah min
Al-Ulama, Al-Jami’ fi Ushul At-Tafsir wa Manahij Al-Mufassirin, (Giza:
Dar Al-Arqam, jilid. I, 2010)
Zuhd, ‘Ishom
Al-Abd, Al-Israiliyyat fi Tafsir Ibn
Jarir Al-Thabari li Surat Yusuf ‘Ard wa Naqd, (PDF)
Kajian Fikih Tradisional
Departemen Intelektual IKPMA
Rabu,
13
Februari 2013
[1] Mahasiswi Tingkat Akhir Fak. Ushuluddin-Hadis,
Universitas al-Azhar, Kairo
[2]Al-Imam Badr Al-Din Muhammad bin Abdullah
Al-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum Al-Quran, Dar Al-Hadis, Kairo, 2006, hal.
22.
[3]Dr. Muhammad bin Muhammad Abu Syahibah, Al-isroiliyyat
wa al-Maudu’at fi Kutub at-Tafsir, Maktabah Al-Sunnah, Kairo, cet. II,
2006, hal. 13
[4]Majmu’ah min Al-Ulama, Al-Jami’ fi Ushul
at-Tafsir wa Manahij al-Mufassirin, Dar Al-Qalam, Giza, jilid. I, 2010,
hal.238
[5]Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih
Bukhari, Dar Al-Hadis, Beirut, cet III, 2010, hal. 888. No hadis:3461
[6]Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih
Bukhari, Dar Al-Hadis, Beirut, cet III, 2010, hal.1112.No hadis:4485
[7]Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Al-Thabari, Tafsir
Al-Thabari, Dar Al-Hadis, Kairo,Jilid VI, 2010, hal .511-512
0 komentar:
Post a Comment